Pulau Bali memang bisa disebut sebagai kota sastra selain memiliki panorama yang indah sebagai tujuan wisata para turis luar negeri. Nilai tradisi dan budaya masih kental melekat bagi masyarakat Bali dan mereka mampu menjaga dan melestarikan warisan budaya nenek moyang.
Bali memiliki beragam jenis sastra sebagai ungkapan perasaan, tutur kata, tembang serta karya-karya seni lain berupa seni lukis, seni pahat, seni tari. Masih banyak karya seni lain yang menjadi ciri khas kebudayaan masyarakat Bali pada khususnya dan budaya Indonesia pada umumnya.
Dari beragam jenis karya sastra tersebut dibagi menjadi 4 macam :
1. Sastra Bali berdasarkan bentuknya.
2. Sastra Bali berdasarkan zaman
3. Sastra Bali berdasarkan tutur kata
4. Sastra Bali berdasarkan bahasa
Dari keempat jenis sastra tersebut memiliki beberapa bagian lagi sehingga lebih mudah untuk diidentifikasi berdasarkan jenis dan bentuk dari semua karya sastra Bali.
A. Sastra Bali Berdasarkan bentuknya
1. Sastra tembang atau puisi (gending atau sekar)
Sastra ini terdiri atas baris dan bait serta memiliki aturan-aturan yang sama seperti puisi. Biasanya masyarakat Bali menggunakan karya sastra ini sebagai nyanyian dengan nada pelog atau selendro yang didiringi musik kesenian bali yaitu gending, gong serta instrument lainnya.
2. Gancaran atau prosa
Gancaran berupa tulisan atau prosa yang biasa digunakan untuk menbuat cerita atau kisah serta legenda sebuah tempat serta bentuk prosa lainnya yang biasa disebut palawakia.
B. Satra Bali berdasarkan zaman
1. Sastra Bali Purwa atau tradisional
Sastra tradisional memang berupa warisan nenek moyang yang masih terjaga kemurniannya seperti kitab weda, kitab negarakertagama yang bertuliskan aksara kuno dan ditulis dalam lontar serta media lainnya.
2. Sastra modern
Sastra modern atau baru memang sudah tersentuh oleh era globalisasi dan perkembangan zaman. Sastra Bali modern seperti Satua Bawak (cerpen), puisi bali modern, Satua Dawa (novel) dan Lelampahan (drama).
C. Sastra Bali berdasarkan tutur kata
1. Sastra gantian (Sastra lisan atau rakyat)
Sastra gantian memang warisan nenek moyang dan disampaikan dengan lisan atau tutur kata secara turun temurun dan masih terjaga keasliannya sampai sekarang. Bentuk sastra gantian bisa berupa tembang atau juga gancaran yang biasa digunakan dalam upacara adat.
2. Sastra Sesuratan (Sastra tulisan)
Setelah masyarakat Bali bisa membaca dan menulis, maka karya sastra diabadikan dalam bentuk tulisan dengan aksara pallawa, Kawi, Jawa serta bahasa Sansekerta. Hal ini dilihat dengan jumlah ribuan sastra dalam lontar yang berusia ratusan tahu masih tersimpan di museum Bali.
D. Sastra Bali Berdasarkan Bahasa
Sastra Bali biasanya menggunakan tembang mocopat dengan bahasa Bali Kepara atau bahasa sehari-hari. Ada pula yang menggunakan bahasa Kawi (Bali kuno), Jawa tengahan dan bahasa Sansekerta.
1. Lontar Geguritan
Karya sastra ini bisa ditulis oleh masyarakat umum segala kasta sehingga tulisannya menggunakan bahasa Kepara atau bahasa yang digunakan masyarakat pada umumnya.
2. Kidung
Kastra ini tergolong lebih rapi karena biasanya ditulis oleh orang yang berpendidikan dan bentuk tulisan juga menggunakan bahasa Kawi dan Jawa tengahan.
3. Kakawin
Biasanya sastra kakawain ditulis oleh seorang empu dan brahmana sehingga tulisan menggunakan bahasa kawi sebagai bahasa kuno.
Baca: Penyair Jawa Kuno Menggunakan Bahasa Kawi
Referensi
harjumnurdin.blogspot.co.id/2015/04/kesusastraan-bali.html