Toury Map juga dikenal dengan The Holmes. Toury Map merupakan sebuah kerangka (framework) yang dipaparkan untuk mengambarkan konsep kajian penerjemahan (translation study). Sebelum menentukan penelitian bidang penerjemahan, seorang peneliti lebih baik memahami terlebih dahulu arah peneltian. Toury Map dijelaskan dalam oleh Munday (2016:6) dalam bukunya berjudul ‘Introduction translation studies: theory and application’ edisi ke-4. Sebelumnya Munday sudah menjelaskan cabang – cabang kajian ilmu penerjemahan ini pada buku – buku sebelumnya. Sedangkan pada edisi ke-4 ini lebih lengkap.
Framework disiplin ilmu penerjemahan ini diperkenalkan oleh James S. Holmes tahun 1988. Holmes memaparkan hakikat ilmu penerjemahan dalam sebuah kerangka. Oleh karena itu, kerangka ini juga disebut The Holmes. Berikut framework cabang ilmu penerjemahan yang dipaparkan dalam Toury Map/ The Holmes.
Holmes’s ‘map’ of translation studies (from Toury 1995: 10) dalam Munday (2016:17) |
Kajian penerjemahan dibagi menjadi dua yaitu ‘murni’ (pure) dan applied ‘terapan’. Kajian penerjemahan murni mencakup ranah teoritis (theoretical) dan diskriptif (descriptive). Pada ranah kajian terapan mencakup tiga cabang yaitu (1) translator training, (2) translation aids, dan (3) translation criticism.
Kajian murni lebih menitikbertkan pada teori – teori penerjemahan (translation theory). Pada ranah teori dibagi lagi dalam cabang general dan partial. Sedangkan pada ranah descriptif juga dikenal dengan descriptive translation studies yang mencakup (1) produk, (2) proses, dan (3) fungsi.
The applied branch of translation studies (Munday, 2016:20) |
Cabang terapan (applied) dapat diterapkan secara praktis pada suatu teks terjemahan atau tindak terjemahan. Pada translator training dapat diterapkan dalam metode penerjemahan dan desin kurikulum. Misalkan saja, seorang guru dapat merancang sebuah kurikulum penerjemahan yang nantinya diterapkan dalam pengajaran penerjemahan. Kurikulum ini dapat mencakup materi apa saja yang harus diajarkan atau yang harus praktekan oleh peserta didik. Pada cabang alat bantu penerjemahan (translation aids) kita banyak mengenal banyak alat untuk membantu penerjemah melalui software seperti computer assisted tools (CAT tool) dan mesin penerjemah (machine translation), melalui kolaborasi seperti foruom online, informan ahli, dan melalui referensi ari kamus online, daftar istilah, glosarium, dan lain sebagainya. Pada kritik terjemahan lebih menekankan pada evalusi, ulasan, penilaian kualitas terhadap suatu teks terjemahan.
Baca: The Aim of A Good Translation
Melalui cara pandang Holmes yang paparkan lagi oleh Munday dapat memberian acuan keranah manakah seharusnya suatu penelitian penerjemahan dilakukan. Apakah akan berkonsentrasi pada tataran teoritis yakni mengkaji teori – teori penerjemahan ataukah pada tataran terapan yang lansung bersinggungan dengan teks terjemahan. Selain itu, toury map juga memberikan pandangan bahwa kajian penerjamahan itu luas, bukan hanya pada penelitian kualitas terjemahan, teknik penerjeamhan, dan metode penerjemahan, tetapi bisa mencakup kritik terjemahan, pelatihan penerjemahan, dan mesin penerjemahan.
Referensi
- Munday, J. (2016). Introduction translation studies: theory and application (4th ed). London: Routledge.
- Setiawan, T. (2017). Linguistik Korpus dalam Pengajaran Bahasa. Makalah, disajikan dalam seminar nasional Perspektif Baru Penelitian Linguistik Terapan, tanggal 6 Juni 2017 di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.