Mendapat julukan “Presiden Penyair Indonesia” merupakan salah satu bukti kuatnya pengaruh Sutardji Calzoum Bachri dalam dunia sastra puisi di Indonesia. Penyair kelahiran 24 Juni 1941 ini merupakan seorang doktor dari Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjajaran, Bandung. Sejak masih kuliah itu ia mulai mengirimkan karya-karyanya ke berbagai media massa seperti Kompas, Sinar Harapan, dan majalah Horison.
Puisi-puisi karya Sutardji Calzoum Bachri menghentak dunia puisi Indonesia karena keunikannya dan keberaniannya membebaskan kata-kata. Menjadi penyair angkatan 1970-an, karyanya dipandang sebagai sajak-sajak “avant-garde”. Berikut salah satu contoh puisi Sutardji Calzoum Bachri yang bebas dari kungkungan makna leksikal:
Pot
pot apa pot itu pot kaukah pot aku
pot pot pot
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot itu
yang jawab pot pot pot pot kaukah pot aku
pot pot pot
potapa potitu potkaukah potaku?
Contoh puisi karya Sutardji Calzoum Bachri di atas tampak tak bermakna dan tak mengandung amanat, hanya seperti permainan kata-kata belaka. Menurut Junus (1981), sajak-sajaknya tidak dibebani lagi oleh penyampaian amanat, karena baik amanat maupun lukisan telah diintegrasikan ke dalam strukturnya dan baru dapat dijumpai kembali setelah proses penganalisisan.
Karya Sutardji Calzoum Bachri yang paling dikenal yaitu kumpulan sajak O, Amuk, Kapak. Ia mendapatkan penghargaan South East Asia Writer Awards pada tahun 1979. Setelah itu ia memutuskan berhenti menulis dan mendalami tasawuf pada permulaan tahun 1980-an. Karya-karyanya setelah mendalami tasawuf menjadi sedikit berbeda dari karyanya sebelumnya karena mengandung unsur sufistik. Di dalam sejarah tasawuf sendiri, sastra menjadi media untuk menyampaikan pengalaman keruhanian para sufi.
Berikut kutipan puisi “Idulfitri” karya Sutardji Calzoum Bachri:
“Dan di malam Qadar aku pun menunggu
Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya
Maka aku girang-girangkan hatiku
Aku bilang:
Tardji, rindu yang kau wudhukkan setiap malam
Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang.”
Melalu puisi “Idulfitri” kita bisa melihat sosok penyair yang juga seorang hamba Tuhan yang mengharapkan berjumpa dengan malaikat di Lailatul Qadar. Tema puisinya menjadi sangat berbeda dengan tema puisi sebelumnya yang terkesan lebih bebas.
Kutipan lainnya dari sajak “Cermin”:
“….
Kaki Wali tidak untuk menapak tanah!
Ia melangkah dari kalbu:
Jalannya lurus!”
Sebagai seorang penyair, Sutardji Calzoum Bachri dikenal juga dengan gayanya yang cenderung bebas saat membacakan puisi. Ia bisa melompat, tiduran, atau bahkan tengkurap di atas panggung. Menurutnya seorang penyair perlu memiliki sidik jari atau karakter sendiri agar tak tenggelam dan dapat memberikan warna.
Selain menulis puisi, ia juga menulis esai dan cerpen. Kumpulan cerpennya berjudul Hujan Menulis Ayam diterbitkan pada tahun 2001, sedangkan esainya berjudul Gelak Esai dan Ombak Sajak Anno 2001.
Referensi
- Budiman, Sumiati. 1987. Sari Sastra Indonesia. Surakarta: PT Intan Pariwara.
- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Sutardji Calzoum Bachri. Diakses dari: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/tokoh/222/Sutardji%20Calzoum%20Bachri
- Sulaiman, Muhammad. 2005. Dimensi Sufistik Puisi-Puisi Sutardji Calzoum Bachri. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/15026/1/2005MIS4095.pdf
- Tokohindonesia.com. 2011. Pembebas Kata dari Belenggu. Diakses dari: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3624-pembebas-kata-dari-belenggu
- Utomo, Fajar Setio, dan Rosida Erowati. 2014. Dimensi Sufistik dalam Puisi “Tapi” Karya Sutardji Calzoum Bachri. Jurnal Dialektika Vo. 1, No 1. Diakses dari: Portal Garuda
Perlu kami sampaikan, kami bukan Bapak Sutardji. Kami adalah pengelola web LinguistikId.com. Kebetulan dalam web tersebut memang membahas tentang beliau. Oleh karena itu, kami tidak bisa memberikan informasi apapun tentang beliau baik alamat maupun nomer telp.
Assalamualaikum… Bapa sutardji yang terhormat… Nama saya dzikrina kamera kelas 3 SD… Saya berasal dari serang Banten. Saya suka sekali puisi bapak.. Dan puisi yang paling saya suka adalah 'tanah air mata' beberapa klai saya memenangkan lomba puisi dengan judul ini… Kalau bapa berkenan saya ingin ketemu bapa… Saya boleh minta alamat atau nomor telepon bapak… Terimakasih salam hormat saya dzikrina