Pakar bahasa berkebangsaan Swiss, yang dijuluki Bapak Linguistik Modern, Ferdinand de Saussure dalam bukunya Course in General Linguistics yang diterbitkan 1916, setelah kematiannya, menyatakan bahwa dalam menkaji bahasa yang menjadi objek linguistic dapat dilakukan dari dua sudut pendang, yaitu sudut sinronis dan sudut diakronis. Kajian secara sinkronis merupakan kajian terhadap bahasa dalam suatu kurun tertentu tanpa mengatitkan dengan kurun tertentu lainnya. Adapun kajian secara diakronis merupakan kajian terhadap perkembangan bahasa dari suatu masa ke masa yang lain, serta menyelidiki perbandingan suatu bahasa dengan bahasa lain (periksa Saussure, 1988 dan bandingkan dengan Kridalaksana, 2005 dan 1991, serta keraf) dalam Mahsun (2010: 30). Untuk menjelaskan hal itu Saussure mengandaikan dengan sebatang pohon yang dipotong secara horizontal dan vertical.
Data bahasa dianalog dengan batang pohon yang diperoleh melalui pemotongan horizontal merupakan data yang memperlihatkan keadaan tahap tertentu bahasa. Pada permukaan yang terbuka semacam itu dengan jelas teramati ihwal serat, sel, dan lingkaran yang dapat dibandingkan dan dibedakan satu dariyang lain, karena sangat jelas tempatnya pada [ermukaan tersebut. Pengkajian data bahasa semacam itu tidak mengharuskan kita untuk mengetahui tentang masa lampau atau sejarah dari apa yang teramati pada permukaan itu. Setiap hal yang tampak pada permukaan dapat dijelaskan secara teliti dengan hal-hal lain yang tampak bersamanya. Pandangan terhadap data bahasa dengan pengandaian potongan pohon yang ditampilkan secara horizontal inilah yang disebut dengan pendekatan sinkrons atau kajian lingistik sinkronis.
Namun, apabila potongan itu dibuat dari bawah ke atas, maka yang akan muncul adlah makin ke atas tanpakgaris-garis yang samar-samar, bercabang, dan berpisah, meluas ke seluruh batang atau menghilang menyatu dengan serat lainnya. Data yang diperoleh melalui potongan vertical ini jelas berbeda dengan data dari teras sampai kelingkaran pohon, maka pada potongan vertical hanya dapat memperlihatkan kepingan tipis yang sejajar dengan perkembangan historis dari satu satuan dalam tahap sinkronis. Itu sebabnya, linguis yang mempelajari data bahasa dalam pengandaian ini akan lebih memfokuskan diri pada upaya melihat pertalian antarkepingan tipis tersebut pada satu periode historis tertentu. Pandangan terhadap data bahasa dengan pengandaian batang pohon yang dpotong secara vertical inilah yang disebut pandangan yang melihat bahasa secara diakronis atau atau disebut kaajian linguistik diakronis. Dengan kata lain, sudut pandang melihat data bahasa secara diakronis ini lebih fokus pada upaya menemukan varian-varian dalam bahasa, kemudian varian itu dikelompok-kelompokan dan lalu ditentukan relasi historis satu sama lain.
Dari kedua sudut pandang dalam melihata bahasa sebagai objek kajian linguistic di atas, maka sudut pandang dalam meliha bahasa secara diakronislah yang relevan dengan konsep genolinguistik.
Referensi
Mahsun. (2010). Genolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.