Kontestasi Pilpres memang belum sepenuhnya selesai. Akan tetapi pemungutan suara terlaksana dengan baik. Boleh dikatakan Pilpres 80 persen sudah kelar.
Akan tetapi bukanya semakin mendingin malah justru malah semakin memanas.
Seorang prefesor yang pernah digadang – gadang menjadi calon wapres justru malah menyulut panasnya perpolitikan tanah air.
Isu yang menyebutkan “islam garis keras” dan “provinsi garis keras” yang nisbatkan pada salah satu calon capres adalah pangkalnya.
Bukankah kontestasi tinggal menunggu waktu saja. Kenapa premis – premis ini harus muncul. Terlebih premis ini muncul dari seorang tokoh yang selama ini akrab dengan keluarganya dalam berargumen.
Kalau sebelumnya argumenya membuat lawan harus muter otak, kali ini semacam keseleo.
Bisa saja dengan mudah mengadakan klarifikasi atau pernyataan tersebut memang terbungkus dalam konteks tertentu. Akan tetapi sepertinya pernyataan nyeleneh dari seorang tokoh Ormas tempo lalu.
Yang perlu diperhatikan di era teknologi informasi yang semakin terbuka ini adalah suatu pernyataan harus harus bermakna objektif.
Tidak sepatutnya seorang tokoh melontarkan pernyataan yang bermakna objektif tetapi sedang pemaknaan subjektif.
Netizen yang mengkonsumsi akan langsung memiliki satu pemahaman akan premis tersebut.
Misal lagi, ada seorang presenter yang mengatakan “Jancuk” yang ia maknakan Jantan, Cakap, Ulet, dan Komitmen.
Ya silahkan jika memang diartikan demikian, akan tetapi sebagai masyarakat umum tentu tidak terima apabila seorang capres dilabeli dengan kata tersebut.
Oleh sebab itu, jangan sampai premis – premis semacam ini muncul kembali. Ingat sekali lagi bahwa, yang komsumsi informasi tersebut adalah public yang lebih akrab kita kenal dengan netizen.
Apa itu Islam Garis Keras
Agar tidak semakin melebar, mari kita coba bahas siapakah yang disebut “Islam Garis Keras” kenapa sebagian besar masyarakat kita tidak terima jika dikatakan demikian dan lebih parahnya lagi kenapa harus dilabelkan pada golongan tertentu.
Perpecahan macam apa yang bisa saja timbul jika demikian.
Sebelum lebih dalam, kita tidak akan membahas makna subjektif dari penutur. Kita juga tidak bahas makna klarifikasi dari yang bersangkutan.
Dalam konteks ini kita akan sedikit singgung makna objektif yang kita pahami secara umum. Oleh sebab itu, arti kata sangat kita butuhkan.
Pengertian Islam
Menurut Daring KBBI Islam adalah n agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. yang berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.
Secara jelas dari pengertian diatas bahwa Islam adalah agama dengan kitab sucinya Alquran. Agama ini menjadi agama mayoritas di Indonesia dan siapapun akan paham secara garis besar apa itu Islam.
Akan tetapi sekarang ini, stigma negatif tentang Islam membuatnya seakan menjadi momok. Islam yang notabene agama mayoritas seolah asing di negeri sendiri.
Tanpa segan orang pun memberikan label teroris, intoleran, anti NKRI, radikal, Anti Pancasila, ke Arab-arabaan, hingga garis keras.
Selain itu, merapatnya sejumlah ormas ke paslon tertentu bahkan membuat lubang menganga antar ormas. Alih – alih merasa paling benar tuduh-menuduh pun menjadi dampak perpecahan yang kentara.
Garis Keras
Frasa “Garis Keras” artinya menurut KamusBesar.com adalah strategi dan taktik untuk memperjuangkan paham perlawanan atau oposisi.
Sedangkan dalam bahasa Inggris garis keras adalah extreme ideological loyalist.
Dari dua arti diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Garis kerja artinya adalah upaya yang sangat kuat dalam memperjuangkan suatu paham (ideologi) tertentu.
Upaya atau strategi tersebut dilakukan oleh mereka yang berada pada kubu oposisi atau bertolak belakang dengan pemerintahan yang sedang berlangsung.
Dalam pemaknaan ini, Garis Keras tentu tidak hanya terafiliasi dengan mereka yang berpaham kanan. Mereka yang memiliki ideologi kiri pun juga bisa dikaitkan sebagai garis keras.
Akan tetapi memang sekarang ini mereka yang beragama saja yang mendapatkan label ini.
Islam Garis Keras
Tanpa harus kita kaji secara mendalam pun sudah sangat jelas bahwa apa yang dimaksud dengan Islam Garis Keras. Mereka yang memiliki paham yang kuat akan syariat Islam lah yang dianggap sebagai “Islam Garis Keras”.
Terlebih sekarang ini isu ini bukanya semakin redam tetapi justru semakin memanas.
Secara tidak langsung dapat kita pahami mereka yang juga dimaknai sebagai kaum yang intoleran, radikal, teroris, anti NKR, ke Arab-araban, Anti Pancasila, dan lain sebagainya.
Pantaskah pemahaman seperti ini dinistabkan pada golongan tertentu.
Secara terang bahwa netizen sering mendengar bahwa isu ini seringkali digoreng berkali – kali.
Bahkan setelah padam diangkat kembali, termasuk pada saat debat hingga pasca pemungutan suara pun masih diisukan. Termasuk saat ini yang membelit tokoh bergelar profesor tersebut.
Masih pantaskah menjual agama demi politik, menjual agam demi suara.
Kenapa demikian, ya karena memang umat muslim aset politik yang mengguatkan di negeri ini.
Ketekunan umat beragama justru menjadi gading terlihat retak.
Sumber: https://www.kamusbesar.com/garis-keras