Sejarah Munculnya Penerbit Balai Pustaka, Ini Sosok Sastrawan pada Kala Itu

Posted on

Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1800-an banyak sekali Koran milik pribumi mulai bermunculan. Tulisan di Koran tersebut menggunakan bahasa Melayu yang berisi tentang kata-kata perlawanan dan perjuangan rakyat pribumi tentang kritik terhadap penjajahan Belanda.

Hal ini membuat resah pemerintah Hindia Belanda sehingga seringkali para pemilik koran ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Ternyata di pihak lain koran-koran baru yang mengkritik pemerintah Belanda terus bermunculan sehingga membuat pihak penjajah merasa kewalahan.

Akhirnya pada tahun 1908 pemerintah Belanda membuka penerbit buku yang bernama Balai Pustaka. Tujuan Belanda membuka penerbit ini untuk mengontrol pembuatan tulisan untuk kepentingan pencitraan kaum penjajah dan mendiskreditkan koran dan tulisan kaum pribumi.

Awalnya Balai Pustaka hanya menerbitkan buku cerita, prosa, novel sebagai bacaan nina bobo kaum pribumi saja agar melupakan perjuangan kemerdekaan. Buku yang boleh terbit diteliti oleh pihak Belanda agar jangan sampai mengandung unsur-unsur pada perjuangan rakyat pribumi.

Penulis yang diizinkan menerbitkan tulisannya di Balai Pustaka disortir dengan ketat oleh pemerintah Belanda. Tentu saja sangat sedikit penulis yang bisa lolos seleksi dan kebanyakan berasal dari Sumatera. Tidak ada penulis dari Jawa yang bisa menerbitkan buku di Balai Pustaka.

Sedangkan tulisan yang terbit diluar Balai Pustaka dianggap penjajah Belanda sebagai bacaan liar. Buku terbitan Balai Pustaka harganya sangat murah agar bisa mudah dibeli dan sebagai alat untuk menghancurkan harga buku dipasaran sehingga para penerbit pribumi menjadi bangkrut.

Peraturan Tulisan yang Terbit di Balai Pustaka

1. Isi tulisan yang tidak memuat tentang penjajahan Belanda

2. Penggambaran tentang kehidupan di perkampungan serta adat istiadatnya

3. Novel yang bercerita tentang masalah negatif di desa seperti kawin paksa dan kesenjangan antara miskin dan kaya seperti novel Siti nurbaya dan Sengsara membawa nikmat.

4. Berbentuk cerita roman dan novel

Balai Pustaka juga menerbitkan buku-buku untuk keperluan sekolah agar bisa mendominasi kurikulum pendidikan. Semua novel karangan penulis juga banyak yang diedit atau ditambahi untuk kepentingan para penjajah Belanda sebelum diterbitkan.

Para sastrawan yang termasuk angkatan Balai Pustaka

1. Merari Siregar

Lahir pada tanggal 13 Juni 1896 di kota Siporok Tapanuli, Sumatera Selatan. Novelnya yang terkenal berjudul Azab dan Sengsara.

2. Marah Rusli

Lahir di kota Padang, Sumatera pada tanggal 8 Agustus 1889. Dia mengarang novel yang terkenal sepanjang masa yaitu Siti Nurbaya.

3. Abdul Muis

Sastrawan ini kelahiran tahun 1889 di kota Solok Sumatera Barat. Novelnya yang sangat terkenal yaitu Salah Asuhan.

4. Nur Sutan Iskandar

Penulis yang berasal dari Sungan Batang Sumatera Utara ini lahir pada tanggal 3 November 1889 dan salah satu novelnya yang terkenal yaitu Apa Dayaku Karena Aku Perempuan.

Masih banyak lagi para sastrawan dari Sumatera yang tergabung pada angkatan Balai Pustaka. 

Setelah Indonesia merdeka dan Belanda sudah pergi, maka penerbit Balai Pustaka diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan memberikan kebebasan bagi para sastrawan untuk berkarya.

1 comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *