Latar belakang atau asal usulnya aksara Jawa memang masih misteri dan belum bisa terpecahkan hingga beratus-ratus tahun sampai sekarang ini. Semuanya mengacu pada kisah legenda dari Aji Saka beserta kedua muridnya yaitu Dora dan Sembadda yang bertengkar dan akhirnya terciptalah huruf atau aksara Jawa.
Sumber: Deskgram |
Namun cerita legenda Aji Saka ini tidak bisa dijadikan sebagai rujukan atau bukti 100% dari awal mula terciptanya aksara Jawa. Sepertinya para ahli sejarah tidak memiliki petunjuk lain karena tidak ada yang bisa dijadikan bukti nyata atau saksi sejarah mengenai asal mula terbentuknya aksara Jawa ini.
Para ahli sejarah memang berpendapat bahwa Aji Saka memiliki hubungan erat dengan tahun Saka yang dijadikan penanggalan tahun 1 Jawa bersamaan dengan tahun 78 Masehi. Hal ini bisa berarti jika memang Aji Saka yang menemukan aksara Jawa, maka masyarakat tanah Jawa sudah mengenal tulisan dari tahun 78 M.
Namun tidak ada peninggalan sejarah yang bisa membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sudah mengenal tulisan sejak tahun 78 Masehi. Apalagi prasasti tertua yang ditemukan berasal dari abad 5 Masehi yaitu prasasti Yupa dari kerajaan Kutai dan menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
Sedangkan prasasti yang menggunakan huruf Jawa kuno yaitu prasasti Dinoyo ditemukan di Malang, Jawa Timur dan dalam prasasti tersebut bertuliskan tahun 760 Masehi. Sementara itu kitab sastra Kakawin Ramayana yang menjadi karya sastra yang paling tua ditanah Jawa mulai ditulis pada awal abad 10 Masehi.
Dengan bukti tersebut bisa dikatakan bahwa awal mula munculnya aksara Jawa dimulai abad 10 Masehi. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya bukti penemuan prasasti yang menggunakan bahasa Jawa kuno (bahasa Kawi) dan berasal dari kerajaan Mataram kuno yaitu prasasti Kedu atau Mantyasih tahun 907 M.
Karena aksara Jawa sangat mirip dengan huruf bahasa Kawi, maka banyak yang menyimpulkan bahwa aksara Jawa merupakan bentuk modern dari bahasa Kawi. Tentu saja proses modifikasi dari bahasa kawi menjadi aksara Jawa membutuhkan waktu ratusan tahun seiring dengan perkembangan zaman.
Dalam penggunaannya, ternyata ada dua bentuk penulisan aksara Jawa, yaitu penulisan yang halus berasal dari kerajaan dan penulisan yang kasar berasal dari daerah pesisir. Hal ini karena dahulu kala kerajaan Mataram kuno terbagi menjadi dua, kerajaan selatan dan kerajaan utara.
Baca: Putusnya tali Bahasa Jawa
Aksara dari kerajaan utara lebih dikenal dengan nama aksara pesisir, sedangkan aksara yang berasal daerah selatan dinamakan aksara keraton. Bentuk penulisan aksara keraton memang lebih jelas dan rapi. Selain itu, ada yang disertai dengan gambar atau ornamen yang sarat akan makna.
Bentuk aksara keraton ada juga penulisan dibumbuhi dengan tinta emas sebagai keindahan agar lebih menarik sebagai karya tulisan tangan. Sampai saat ini perpustakaan Pakualaman Solo masih menyimpan 251 naskah kuno bertuliskan aksara Jawa dan mencoba untuk melestarikannya.
Referensi
http://kilasbaliknusantara.blogspot.co.id/2011/09/aksara-jawa-cikal-bakal-sejarah-jawa.html