Prosedur penerjemahan adalah teknik atau cara yang pakai penerjemahan selama proses penerjemahan berlangsung pada tataran kata, frasa, dan kalimat.
Vinay dan Darbenet dalam Munday (2001: 56-58) membagi penerjemahan menjadi dua yakni penerjemahan langsung dan tidak langsung (direct translation dan oblique translation).
A. Penerjemahan langsung
1. Peminjaman
Peminjaman merupakan metode yang paling sederhana. Penerjemah hanya akan menulis kembali istilah bahasa sumber ke dalam bahasa yang diterjemahkan tanpa melakukan modifikasi apapun.
Metode ini digunakan agar dapat membawa suasana bahasa sumber ke bahasa sasaran serta mengatasi tidak adanya istilah yang sama pada bahasa sasaran.
Metode ini juga dilakukan karena adanya perbedaan lingkungan, budaya, atau pandangan hidup antara pemakai bahasa sumber dan pemakai bahasa sasaran.
2. Calque
Kalke (Calque) serupa dengan metode peminjaman namun ada proses penerjemahan.
Istilah asing yang tidak memiliki dalam bahasa sasaran kemudian diterjemahkan bagian-bagian. Istilah terjemahan tersebut nantinya dapat menjadi bagian dari bahasa sasaran.
3. Penerjemahan Harfiah
Metode ini berusaha memaknai setiap kata yang ada dalam kalimat bahasa sumber serta menyesuaikannya dengan kaidah bahasa sasaran.
Jika dengan metode ini makna telah tersampaikan maka tugas penerjemah telah selesai. Jika makna belum tersampaikan maka perlu menerapkan metode lainnya.
B. Penerjemahan tidak langsung
1. Transposisi
Metode ini dilakukan dengan mengubah satu level bahasa ke level bahasa yang lainnya. Misalnya dari kata ke frase atau bahkan ke kalimat.
Kalimat majemuk juga dapat diterjemahkan ke dalam kalimat yang sederhana, atau dua kalimat sederhana dapat diterjemahkan menjadi sebuah kalimat majemuk.
2. Modulasi
Metode modulasi merupakan metode pergeseran sudut pandang.
Pergeseran sudut pandang makna bisa berupa mengubah kalimat aktif menjadi pasif, makna negatif menjadi positif, dan sebaliknya.
Contohnya kata sick yang diterjemahkan menjadi tidak sehat.
3. Padanan
Metode padanan/ ekuivalensi yaitu metode yang memodifikasi kata-kata dari bahasa sumber sehingga sesuai dengan kaidah bahasa sasaran.
Misalnya kata modification yang diterjemahkan menjadi modifikasi, atau fiction yang diterjemahkan menjadi fiksi.
4. Adaptasi
Metode adaptasi merupakan metode yang paling ekstrim dilakukan. Metode ini dilakukan jika dalam bahasa sumber tidak ditemukan dalam bahasa sasaran.
Misalnya ‘konsep hidup bersama sebelum menikah’ yang serupa dengan ‘kumpul kebo’ namun dapat diterjemahkan menjadi konsep ‘keluarga’.
Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan merupakan prinsip yang mendasari cara kita dalam menerjemahkan teks yang bermuara pada bentuk terjemahannya.
Metode penerjemahan dipakai agar kegiatan penerjemahan yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien.
Newmark menyebutkan ada delapan jenis metode penerjemahan yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu berorientasi pada bahasa sumber (BSu) dan berorientasi pada bahasa sasaran (BSa).
Metode penerjemahan ini juga dikenal dengan Diagram V (Newmark, 1988).
Berorientasi pada BSu (bahasa sumber)
1. Penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan kata demi kata (word to word translation) dilakukan dengan menerjemahkan kata demi kata dan membiarkan susunan kalimat seperti dalam sumber.
Metode penerjemahan kata demi kata pada dasarnya masih sangat terikat pada tataran kata (Nababan, 2003:30).
Dalam melakukan tugasnya, penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran tanpa mengubah susunan kata dalam terjemahannya.
Dengan kata lain, susunan kata dalam kalimat terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam kalimat aslinya.
2. Penerjemahan harfiah
Penerjemahan harfiah (literal translation) dilakukan dengan mengubah struktur kalimat namun kata dan gaya bahasa masih dipertahankan.
Penerjemahan harfiah mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran.
Metode ini biasanya diterapkan apabila struktur kalimat bahasa sumber berbeda dengan struktur kalimat bahasa sasaran.
3. Penerjemahan setia
Penerjemahan setia (faithful translation) ini dilakukan dengan mempertahankan sejauh mungkin aspek format atau aspek bentuk sehingga dapat secara lengkap melihat segi bentuknya.
Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual teks bahasa sumber dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya.
Kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan.
Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan teks bahasa sumber, sehingga hasil terjemahannya kadang-kadang terasa kaku dan seringkali asing.
4. Penerjemahan semantis
Penerjemahan semantis (semantic translation) menekankan pada penggunaan istilah, kata kunci, atau ungkapan yang harus dihadirkan dalam hasil terjemahan. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih luwes dan mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Penerjemahan semantik juga lebih fleksibel bila dibandingkan dengan penerjemahan setia yang lebih terikat oleh BSu.
Berorientasi pada BSa (bahasa sasaran)
1. Penerjemahan adaptasi /saduran
Penerjemahan adaptasi (adaptation translation) menekankan pada isi pesan sedang bentuk disesuaikan dengan kebutuhan pembaca.
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan BSa.
Istilah “saduran” dapat dimasukkan pada metode ini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam teks bahasa sumber, misalnya; tema, karakter ataupun alur.
Biasanya, metode ini diterapkan dalam melakukan penerjemahan drama atau puisi.
2. Penerjemahan bebas
Penerjemahan bebas (free translation) menekankan pada pengalihan pesan sedang pengungkapannya dilakukan sesuai kebutuhan calon pembaca.
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek daripada teks aslinya.
Newmark tidak menyebut penerjemahan bebas sebagai “karya terjemahan”, karena adanya banyak perubahan pada teks BSa.
3. Penerjemahan idiomatis
Penerjemahan idiomatis (idiomatic translation) berusaha menemukan padanan istilah, ungkapan, dan idiom yang tersedia dalam bahasa sasaran.
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.
Oleh karena itu, banyak terjadi distorsi nuansa makna.
4. Penerjemahan komunikatif
Penerjemahan komunikatif (communicative translation) menekankan pada pesan dan memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, namun tidak menerjemahkan secara bebas.
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembacanya.
Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip komunikasi, yakni khalayak pembacanya dan tujuan penerjemahan.
Melalui metode ini, sebuah versi teks BSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi teks bahasa sasaran sesuai dengan prinsip di atas.
Referensi
Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Hertfordshire: Prentice Hall International English Language Teaching.
Laksono, Puji. 2014. Analisis Metode Penerjemahan Dalam Menerjemahkan Novel Revolusi di Nusa Damai ke Revolt in Paradise. Jurnal PPKM UNSIQ, 55-60. Diakses dari: http://abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Januari/PPKM.V1-6.Puji-Analisis%20Metode….pdf
Teori Penerjemahan (Strategi Penerjemahan Bag. II Metode Penerjemahan) (PPT). Diakses dari: http://www.ekasan.lecture.ub.ac.id/files/2013/10/Metode-Penerjemahan-Materi-4.pptx
apakah anda penerjemah?