Balai Pustaka dibuat pada tahun 1908 oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai sarana penerbitan buku sekolah dan novel atau cerita-cerita daerah Indonesia. Sebagai penerbit yang dibuat oleh penjajah, maka semua tulisan yang diterbitkan untuk kepentingan pemerintah Hindia Belanda.
Tidak hanya itu saja, Belanda juga mengungkapkan bahwa tulisan yang terbitkan selain dari Balai Pustaka statusnya adalah bacaan liar. Pemerintah Belanda tidak hanya menjajah negara saja namun juga ingin menjajah kebebasan pers atau kebebasan dalam berpikir rakyat pribumi.
Hal ini membuat para penulis pribumi menjadi geram dan mulai mengobarkan semangat perlawanan kepada penjajah melalui jalur jurnalis. Para penulis yang diprakarsai oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan Amrijn Pane berhasil menerbitkan majalah Pujangga Baru tahun 1933.
Majalah Pujangga baru memberikan kebebasan untuk membuat tulisan sesuai dengan sudut pandang penulis dan tidak lagi terikat oleh aturan puisi lama seperti pantun dan novel saja. Bentuk tulisan menggunakan bahasa Indonesia dan menyuguhkan tulisan yang mendidik rakyat. Perbedaan Antara Penerbit Balai Pustaka dan Pujangga Baru yaitu:
Balai Pustaka
1. Bahasa Melayu
Bentuk tulisan menggunakan bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi dan digunakan negara-negara dikawasan Asia Tenggara.
2. Novel Rakyat
Tulisan yang bisa diterbitkan berupa novel yang memuat cerita rakyat pribumi serta permasalahan negatif dilingkungan masyarakat. Tulisan dibatasi pada tema adat istiadat masyarakat seperti kawin paksa serta kesenjangan hidup antara orang kaya dan orang miskin.
3. Penerbit Penjajah
Penerbit dibuat oleh bangsa penjajah yang tidak menginginkan orang pribumi menjadi maju dalam kebebasan berpikir. Tulisan yang diterbitkan hanya berupa dongeng fiksi yang bisa mempengaruhi sikap minder masyarakat serta ketidakpercayaan kepada orang lain.
4. Buku Murah
Balai Pustaka hanya menerbitkan buku dengan harga yang sangat murah sehingga bisa mudah dibeli masyarakat pribumi. Hal ini bertujuan untuk menekan harga pasar media cetak menjadi sangat murah dan bisa menjatuhkan tingkat pembelian media cetak yang dibuat kaum pribumi.
Pujangga Baru
1. Milik Pribumi
Majalah Pujangga baru didirikan oleh para sastrawan pribumi yang memiliki tujuan untuk mencerdaskan masyarakat dalam kebebasan berpikir. Selain itu misi utamanya untuk membangkitkan rasa nasionalisme masyarakat pribumi agar cinta tanah air dan anti penjajah.
2. Bahasa Indonesia
Bentuk tulisan menggunakan bahasa Indonesia yang telah diresmikan menjadi bahasa persatuan pada tahun 1928 oleh para pemuda tanah air. Tentu saja pujangga baru melaksanakan amanat sumpah pemuda 28 dan mendidik masyarakat pribumi agar bisa menggunakan bahasa persatuan.
3. Esai
Lahirnya tulisan esai menjadikan para sastrawan semakin kreatif dalam berpikir dan membuat tulisan yang berasal dari sudut pandang para penulis. Tulisan esai juga bisa menuntun para pembaca untuk ikut berpikir dari sudut pandang pembaca sehingga memiliki kebebasan berpikir.
4. Drama dan Teater
Pujangga baru juga menjadi pelopor dalam pembentukan sastra drama dan teater yang bisa dilihat dan dipentaskan dalam dunia nyata. Hal ini membuat sastra drama semakin hidup dan bisa dinikmati dalam pertunjukan seperti wayang.
5. Modern
Dari bahasa dan aturan sedikit modern dengan menggunakan bahasa yang disempurnakan serta tidak terlalu terikat dengan aturan puisi lama. Selain itu tujuan utamanya untuk memberikan tulisan yang berkualitas dan mendidik serta gaya tulisan harus mudah dicerna para pembaca.
Resensi :
alwihermawan12.blogspot.co.id/2014/11/sejarah-angkatan-pujangga-baru.html
Kalau persamaan dari karya sastra pujangga baru dan balai pustaka tuh apa ya????