Semantik berasal dari Bahasa Yunani “sema”, kata kerjanya “semaino” yang artinya menandai dan melambangkan. Istilah semantik diartikan sebagai cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung dalam suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lainnya. Ilmu ini fokus pada hubungan antara tanda-tanda seperti kata, frase, dan simbol—serta apa maknanya.
Semantik kebalikan dari syntax, yang merupakan studi kombinasi unit bahasa tanpa menghubungkan dengan maknanya. Juga dengan pragmatik, yang merupakan studi hubungan antara simbol sebuah bahasa, artinya, dan pengguna dari bahasa itu. Semantik lebih kepada teori dari makna yang berhubungan dengan studi filosofi untuk mencari makna akan suatu hal. Secara umum terdapat beberapa teori makna, yaitu:
a. Teori Referensial
Dalam teori ini makna ditempatkan dalam hubungan kausal dengan simbol dan referen, sedangkan antara simbol dan referen terdapat hubungan buntung. Referen atau acuan bisa berupa benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Referen merupakan sesuatu yang ditunjuk oleh lambang.
b. Teori Mentalisme
Teori Mentalisme dikembangkan oleh F. de Saussure yang menghubungkan bentuk bahasa lahiriah dengan konsep atau citra mental penuturnya.
c. Teori Kontekstual
Teori kontekstual menjelaskan bahwa makna kata terikat pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Jadi sebuah kata tidak akan memiliki makna jika terlepas dari konteks.
d. Teori Pemakaian dari Makna
Teori yang dikembangkan oleh filsuf Wittergenstein ini menyebutkan bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karena konteks berubah dari waktu ke waktu.
Didalam Linguistik, semantik memegang peranan sebagai studi pengertian, inheren pada tingkatan kata, frase, kalimat, dan unit yang lebih besar. Studi dari semantik juga berhubungan dengan subjek dari representasi, referensi, dan denotasi. Dasar dari studi semantik sendiri adalah mempelajari makna dari tanda-tanda, dan studi hubungan antara unit linguistik yang berbeda dan senyawa: homonimi, sinonimi, antonimi, hypernimy, hyponymy, meronymy, metonimia, holonymy, dan paronyms.
Robert Palmer mengungkapkan bahwa penamaan dan penafsiran sebuah objek lebih mudah dilakukan pada kelas kata benda (nomina), namun akan terasa sulit pada kelas kata sifat (ajektiva) dan kerja (verba), kata benda tidak nyata, kata benda abstrak, dan kata benda yang memiliki makna terkait dengan lainnya.
Baca: Pengertian, Unsur, dan Jenis Semantik
Kesulitan pemaknaan tersebut contohnya pada kata cantik. Cantik sebagai sebuah kata sifat menjadi berbeda karakteristiknya tergantung pada pandangan setiap orang. Ada orang yang mengatakan cantik sebagai wajah wanita yang berkulit putih, berhidung mancung, dan bermata besar. Tapi bisa jadi karakteristik itu berbeda bagi orang lain. Kesulitan yang sama juga dapat kita temui pada kata verba seperti bekerja, melihat, berlari, dan sebagainya.
Referensi
- Palmer, F.R. 1981. Semantics. Melbourne: Cambridge University Press.
- Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.