Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti enempatkan. Jadi secara etimologi sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Manaf (2009: 3) menungkapkan sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.
Menurut aliran struktural sintaksis diartikan sebagai subdisiplin linguistik yang mempelajarai tata susun frasa sampai kalimat. Dengan demikian ada tiga tataran gramatikal yang menjadi ruang lingkup sintaksis, yakni; frasa, klausa, dan kalimat.
A. Frasa
Soeparno (2013: 81), frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih sebagai unsurnya, demikian definisi yang diberikan berdasarkan pola pikiran Hockett. Definisi ini kurang meyakinkan, oleh karena itu, banyak yang menambahknannya dengan keterangan “tidak merupakan konstruksi S-P. hal inipun oleh kaum transformasi dan tagmemik dianggap tidak mantap. Frasa dapat saja terdiri atas satu kata, asalkan merupakan unsure dari kalusa atau kalimat. Apabila ada kata yang terdiri dari satu morfem, mengapa tidak boleh ada frasa yang terdiri dari satu kata? Apabila dilanjutkan lagi; mengapa tidak mungkin ada kalimat yang terdiri dari satu klausa?
Kaum struktural membagi frasa atas dua tipe konstruksi, yakni; tipe konstruksi endosentrik dan ekosentrik.
1. Tipe Konstruksi Endosentrik
Tipe konstruksi endosentrik adalah suatu tipe konstruksi frasa yang kelasnya sama dengan salah satu atau semua unsure langsungnya. Tipe konstruksi ini terdiri atas tiga subtype, yaitu:
a. Subtipe endosentrik atribut/subordinatif:
- rumah bambu agak sukar
- jalan aspal belum makan
c. Subtipe endosentrik koordinatif:
- ayah bunda handai taulan
- kampong halaman kaum kerabat
d. Subtipe endosentrik apositif
- Pak Edi, guru metematika kami, hari ini sakit.
2. Tipe Konstruksi Eksosentrik
Tipe konstruksi ekosentrik adalah suatu tipe konstruksi frasa yang kelasnya tidak sama dengan satu atau kedua unsure langsungnya. Berdasarkan kelas unsure intinya, frasa dapat dibedakan atas frasa benda, frasa kerja, frasa adjektif, dan sebagainya. Frasa benda adalah frasa yang intinya katan benda, frasa kata kerja adalah frasa yang intinya kata kerja, dan frasa adjektir adalah frasa yang intinya kata sifat. Biasanya frasa membentuk konstruksi yang setingkat lebih besar daripadanya, yakni klausa. Akan tetapi ada kalanya justru membentuk konstruksi yang jenjangnya lebih rendah yang berstatus kata.Kejadian ini dinamakan hierarki terputar.
Baca: Ruang lingkup sintaksis
B. Klausa
Kaum struktural umumnya mendefinisikan klausa sebagai suatu satuan gramatikal yang berkonstruksi S-P. Ada juga yang mendefinisikan bahwa klausa adalah suatu string (hubungan untaian) yang berisi S-P dan merupakan unsure kalimat (Cook, 1969: 65). Definisi yang lain lagi tampaknya sederhana namun bertolak dari konsep yang agak berbeda, menyebutkan bahwa klausa adalah satuan gramatikal terkecil yang menyatakan proposisi (Pike & Pike, 1977: 482).
Definisi ketiga itu tampaknya agak menarik karena mendefinisikan klausa tidak hanya dari struktur semata-mata tetapi juga dari segi maknanya. Berdasarkan ketransitifannya klausa dapat dibedakan atas klausa transitif, klausa intransitive, dan klausa ekuatif.
1. Klausa Transitif
Klausa transitif adalah klausa yang kohesi predikatnya memaksa hadirnya objek sebagai penderita. Contoh:
- Bentar mencari Lasminini
- Pak Sasongko memanggil Herlambang.
- Mike Tyson menghajar Spinks
2. Klausa intransitive
Klausa intransitive adalah klausa yang kohesi predikatnya memaksa tidak hadirnya objek penderita. Contoh:
- Pelatih kesebelasan Rusia menggeruru.
- Ruud Gllit tersenyum.
- Marco van Basten bergembira.
3. Klausa Ekuatif
Klausa ekuatif adalah kohesi ketransiifannya memaksa hadirnya komplemen sebagai karakter subjek. Predikat pada klausa ekuatif fungsinya digantikan ”link”. Di dalam bahasa Indonesia “link” ini boleh tidak hadir. Contoh:
- He is a football player.
- Paman saya adalah orang terkaya di kampungku.
- Kakak ipar saya pemain sandiwara.
- Kemenakan saya dokter gigi.
Di dalam tata bahasa Tradisional klausa ekuatif ini dikenal dengan nama kalimat nominal.
C. Kalimat
Kaum struktural memberikan definisi kalimat adalah gramatik yang tidak berkonstruksi lagi dengan bentuk lain. Tidak berkonstruksinya dengan bentuk lain itu ditandai dengan adanya intonasi final. Definisi lain yang sesuai dengan definisi klausa yang ketiga, kalimat adalah satuan gramatik yang bermakna preposisi yang secara potensial terdiri atas klausa-klausa. Di sini dikatakan secara potensial sebab memang ada kalimatterdiri dari satu klausa. Oleh ara ahli tata bahasa Tradisional dinamakan kalimat tunggal.
Menurut Bloomfield dalam Lyons (1995: 169), kalimat adalah sesuatu bentuk bahasa yang bebas, yang oleh karena suatu konstruksi gramatikal tidak termasuk dalam suatu bentuk bahasa yang lebih besar.
Berdasarkan kelengkapan fungtor-fungtornya kaum struktural biasanya membedakan kalimat mayor dan kalimat minor.
1. Kalimat Mayor adalah kalimat yang lengkap fungtor-fungtornya.
Contoh:
- Ia tidur.
- Adik saya akan mebeli buku tulis.
2. Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap fungtor-fungtornya.
Contoh:
- Pergi!
- Sudah!
- Di kolong tempat tidur!
Berdasarkan kemandiriannya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat mandiri (independent) dan kalimat terikat (dependen). Kalimat-kalimat mayor pada umumnya independent, sedangkat kalimat minor pada umumnya dependent.
Bagi kaum tradisional, struktural, dan transformasioanl kalimat dianggapnya sebagai tataran gramatikal yang tertinggi. Teori tagmemik melihat bahwa masih banyak tataran lain di atas kalimat, misalnya alenia, monolog, dialog, dan wacana.
Referensi
- Lyons, John. (1995). Pengantar teori linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Manaf, Ngusman Abdul. (2009). Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press.
- Soeparno. (2003). Dasa-dasar linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.