Terjemahan yang benar tergantung pada ideologi yang dianut karena terkait kebudayaan bahasa sumber. Ideologi penerjemahan memberikan pandangan makro dalam membhasa penerjemahan sebagai bagian dari sosial budaya dan karya terjemahan sebagai bagian dari kebudayaan masyarkat.
Dalam bidang penerjemahan, ideologi diartikan sebagai prinsip atau keyakinan tentang “benar atau salah” (Hoed, 2003). Terjemahan dianggap benar jika mengandung teks bahasa sumber, kesesuaian dengan kaidah, norma, dan budaya yang berlaku pada bahasa sasaran. Anggapan yang lain bahwa penerjemahan hanya berpedoman pada keberterimaan pada bahasa sasaran. Dari dua anggapan ini maka munculah dua ideologi penerjemahan yaitu foreignisasi (foreignization) dan domestikasi (domestication).
1. Foreignisasi
Menurut Hoed (2006:87) menyebutkan bahwa ideologi foreignisasi adalah penerjemahan yang betul, berterima, dan baik adalah sesuai dengan selera dan harapan pembaca dengan menghadirkan budaya Bsu dan kehadiran Bsu memberikan manfaat untuk pembaca target. Fenomena dan budaya asing dipertahankan untuk memberikan pengetahuan melalui foreignisasi. Foreignisasi juga digunakan untuk mempertahankan referensi budaya teks sumber, nilai – nilai budaya, dan sebagai pembelajaran lintas budaya. Ideologi ini bertolak belakang dengan domestikasi yang berusaha tidak menghadirkan sesuatu yang asing kepada pembaca target. Berdasarkan diagram V dari Newmark (1988:45), metode yang dipilih sebagai ciri foreignisasi yaitu penerjemahan kata per kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan terpercaya, dan penerjemahan semantik. Keempat metode tersebut dapat dijadikan kriteria ideologi foreignisasi pada suatu teks terjemahan (Venuti, 1997:242 dalam Shirinzadeh & Mahadi, 2014).
2. Domestikasi
Penerjemahan harus mengutamakan kebutuhan pembaca karena bertolak dari definisi penerjemahan bahwa untuk menemukan padanan sedekat mungkin. Menurut Nida dan Taber (1974) menyatakan bahwa penerjemahan sebaiknya mengutamakan keterbacaan teks untuk pembaca target. Penerjemahan yang dapat memenuhi selera dan harapan pembaca dianggap sebagai penerjemahan yang betul, berterima, dan baik sesuai dengan latar belakag budaya masyarakat sasaran dinamakan ideologi domestikasi (Hoed, 2006: 88). Terkait dengan diagram V dari Newmark (1988:45), ideologi ini dapat diukur dari metode penerjemahan yang dipilih yaitu metode yang berorientasi pada bahasa sasaran seperti penerjemahan adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan idiomatik, dan penerjemahan komunikatif. Ideologi domestikasi meliputi metode penerjemahan adaptasi, penerjemahan bebas, penerjamahan idiomatik, dan penerjemahan komunikatif. Disamping itu, ideology domestikasi menggunakan kata–kata atau istilah yang diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran (Venuti, 1997: 242 dalam Shirinzadeh & Mahadi, 2014).
Baca: Teknik dan Ideologi Penerjemahan Istilah Blog pada Blogspot
Referensi
- Hoed, B. H. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.
- Shirinzadeh, S.A. & Mahadi, T.S.T. 2014. Foreignizing or domesticating tendencies in pazargadi’s english translation of hafez’s lyrics: study a case. Mediterranean Journal of Social Sciences. Vol 5 No 20.
Kalau di dalam teks penerjemahan menggunakan dua ideologi tersebut bisa gak sih?