Membicarakan tentang wacana maka tidak lepas dari unsur teks, karena teks merupakan perwujudan dari wacana. Teks bukan hanya merupakan wacana tulis, tetapi juga wacana lisan. Disisi lain perlu dipahami bahwa, tidak semua teks mengandung wacana, akan tetapi setiap wacana pasti merupakan suatu teks. Terkait dengan syarat wacana, selain harus memuat teks maka juga harus ada unsur lain yakni ko-teks dan konteks.
A. Pengertian Teks, Ko-teks, dan Konteks
1. Teks
Pengertian teks menurut Kridalaksana (2011:238) menjabarkan teks adalah suatu ujaran yang dihasilkan berdasarkan tindak tutur berupa kalimat, kata dan lainya dalam satuan bahasa lengkap yang bersifat abstrak. Teks dapat diwujudkan dalam percapakan maupun transkirp tertulis seperti yang terdapat pada novel atau puisi (Fairclough, 1995:4). Oleh sebab itu, teks merupakan kesatuan bahasa yang memiliki kesatuan bentuk llisan dan tulisan dari penyampai pesan kepada penerima pesan. Terkait hubungan dengan wacana, Nunan (1993:6) menjabarkan istilah teks dan wacana dapat saling bertukar, sehingga definisi keduanya bisa sama.
2. Ko-teks
Ko-teks adalah unsur- unsur yang mendahuli atau yang mengikuti dalam wacana. Ko-teks tidak hanya berupa kalimat dan pargraf yang lengkap, tetapi juga dapat berupa frasa atau kata. Teks dan ko-teks mempunyai kedudukan yang sama bahkan bisa secara terpisah dalam suatu teks. Frasa “selamat datang” saat melewati suatu kota pasti ditutup dengan kalimat “sampai jumpa”, dua frasa tersebut merupakan hubungan timbal balik yang saling melengkapi. Pada contoh lain bisa saja suatu wacana tidak secara tersurat tertulis misalkan saja “tutup pintunya”, orang yang mendengar kalimat tersebut akan mencari pintu terdekat dan menutupnya. Teks ini juga dapat dikatakan memiliki ko-teks karena adanya timbal balik dari kalimat yang diucapkan walau tidak tertulis.
Secara sepintas ko-teks dan kohesi terlihat sama yakni menunjuk pada suatu yang ada pada wacana. Jika dijabarkan bahwa teks memiliki kedudukan hampir sama dengan teks dan bersifat sebab akibat, sedangkan kohesi hanya berupa hubungan yang mereferensi pada sesuatu yang belum tentu timbal balik. Lebih spesifik lagi bahwa kohesi merujuk pada kata ganti orang, benda, subtitusi, konjungsi, sinonim, repetisi, dan kolokasi yang secara leksikal terlihat.
Contoh perbedaan kohesi dan ko-teks pada kalimat “Irwan bahagia karena lamaranya diterima Ani”, Morfem terikat “Nya” merujuk pada “Irwan” maka disebut kohesi referensi. Sedangkan frasa “Irwan bahagia” merupakan disebabkan oleh “lamaranya diterima Ani” merupakan ko-teks. Dapat disimpulkan kohesi merupakan kata ganti atau yang mereferensi, sedangkan ko-teks memiliki cakupan yang lebih luas yakni sebagai pelengkap atau pendamping teks bukan hanya kata ganti.
3. Konteks
Konteks merupakan aspek lingkungan yang secara fisik atau sosial kait mengkait dalam suatu ujaran atau teks yang muncul (Kridalaksana, 2011:134). Konteks juga dapat menjadi sebab atau yang melatarbelakangi suatu dialog. Suatu wacana atau paragraf masih harus ada keterkaitan unsur- unsur dalam satu konteks untuk dapat dipahami bersama.
B. Hubungan antara Teks, Ko-teks dan Konteks
Berdasarkan definisi diatas dapat dijelaskan bahwa hubungan antra teks, ko-teks, dan konteks saling berkaitan satu sama lainnya untuk membentuk suatu wacana yang lengkap. Dapat dilogika pada contoh ketika seorang pilot sakit maka akan digantikan oleh ko-pilot untuk menerbangkan pesawat. Sama halnya dengan ko-teks yang dapat menggantikan teks. Oleh sebab itu, ko-teks sudah lepas dari teks yang pertama untuk membentuk wacana. Konteks dalam wacana terdiri dari konteks linguistik, konteks situasi, dan konteks budaya. Konteks linguistik yakni unsur-unsur dalam kalimat dan paragraf. Konteks situasi yakni keadaan suatu ujaran itu muncul. Konteks budaya yakni faktor umur, jenis klamin, dan sosial.
Dapat dicontohkan pada suatu kalimat “hati – hati banyak anak kecil, terimakasih”. Kalimat ini biasanya muncul pada suatu jalan atau gang, walau pada saat kita melewati tempat tersebut tidak ada anak yang lalu lalang. Dari kalimat ini dapat dijabarkann bahwa unsur teks yakni keseluruhan kaimat. Unsur ko-teks yakni ucapan “terimakasih”. Unsur konteks yakni lingkungan dimana kalimat itu muncul misal lokasi tersebut merupakan perkampungan atau ada sekolahan.
Berdasarkan contoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa, teks dan ko-teks memiliki kedudukan yang sama atau koordinatif, sedangkan peran konteks yakni mengurangi ambiguitas pesan, karena teks yang muncul pada tempat yang berbeda akan bermakna berbeda pula.
Baca: Penerapan Kohesi, Koherensi dan Referensi dalam Kajian wacana
Contoh ko-teks juga dapat dilihat pada kalimat “di sebuah kota besar terdapat sebuah rumah kecil yang atapnya terbuat dari kardus, disanalah lelaki itu tinggal”. Frasa atap terbuat dari “atapnya terbuat dari kardus” merupakan pelengkap dari “rumah kecil” sehingga kedua frasa ini dikatakan sebagai ko-teks pada kalimat tersebut.
Referensi
- Fairclough, Norman. (1995). Critical Discourse Analysis. New York: Longman Group Limited.
- Kridalaksana, Harimurti. (2011). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
- Nunan, David. (1993). Introducing Discourse Analysis. London: Penguin English.