Pengertian dan Contoh Makian dalam Sosiolinguistik

Posted on
Membicarakan tentang sosiolinguistik tentu sangat berkaitan erata bagaimana bahasa itu digunakan, termasuk penggunaanya dalam bentuk makian. Makian (abusive swearing) merupakan salah satu jenis 5 jenis swearing (sumpah serapah). Makian juga dikenal dengan pisuhan (Jawa) yakni berupa ungkapan yang secara spontan dilontar oleh seseorang ketika mengalami suatu tekanan dan cenderung bermkan kurang baik (Kisyani (1985:26-27).
Sebelum membicarakan lebih lanjut, 6 jenis swearing dalam kajian sosiolinguistik terdiri dari (1) makian (abusive swearing), (2) hujatan (blasphemy), 3) kutukan (cursing), (4) sumpahan (swearing), (5) (ke) carutan (obscenity), dan (6) lontaran/seruan (expletive).


Pengertian Makian (Abusive Swearing)

Jika dijabarkan secara rinci ‘makian’ merupakan kata – kata yang dilontarkan yakni merupakan kata – kata kotor yang diucapkan oleh seseorang. Kotor berarti mencakup hal yang berisfat tidak sopan, keji, jorok, menjijikan, dan pelanggaran kesusilaan. Sedangkan memaki merupkan tindakanya yang melalukan makian yang disebabkan oleh suatu tekanan, kemarahaan, kekesalan, ketidakpuasan, dan kejengkelan (Winiasih, 2010). Makian juga merupakan bentuk dari suatu luapan atau pelampisaan dari suatu situasi yang tidak mengenakan.
Contoh Makian dengan model acuan mahluk menakutkan – Sumber : Winiasih (2010: cxxiv)
Menurut Kisyani i (1985:19) pisauan dibagi lagi menjadi dua yaitu memaki dan mengumpat. Memaki berarti suatu makian yang ditujukan secara langsung (berhadapan) untuk seseorang atau sekelompok orang. Mengumpat artinya makian yang ditujukan secara tidak langsung atau tanpa sepengatahuan seseorang atau sekelompok orang yang dimaksud.
Makian yang dilontarkan oleh penutur memiliki fungsi tertentu. Fungsi tersebut juga dapat dikatakan sebagai motif ekspresi mengapa mereka memaki. Fungsi tersebut antara lain: Kemarahan, Kekesalan, Penyesalan, Kesedihan, Kekaguman atau keheranan, Penghinaan atau merendahkan, Keterkejutan, Keakraban atau humor, dan Kegembiraan.

Karakteristik bentuk makian

Tedapat beberapa model acuan yang digunakan oleh penutur dalam melakukan pisuan. Beberapa contoh berikut dikutip dari hasil penelitian oleh Winarsih. Berikut sejumlah contoh berikut merupakan hasil temuan dalam bahasa Jawa Suroboyoan.
1. Keadaan
Keadaan merupakan suatu suatuasi yang melingkupi penutur. Dalam hal ini tentunya suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Keadaan tersebut dapat berupa keadaan mental dan keadaan fisik
Contoh keadaan mental: ‘gendheng, senthing, dan sempel’ bermakna ’gila’; ‘mering, seyek, kocluk, budrek, sodrun, dan welek’ yang bermakna ‘agak gila’; ‘goblok’ bermakna ‘bodoh’.
Contoh keadaan fisik
Bentuk makian ‘picek’ bermakna ’buta’ dan bentuk maian ‘kopok’ bermakna ’tuli’
2. Binatang
Model makian yang mengacu pada binatang disebabkan karena adanya kemiripan sifat binatang yang ditetapkan dimiliki juga oleh manusia.
Contoh: menjijikkan (ula ’ular’, dan uler ’ulat’), suaranya yang gaduh (jangkrik), bau yang tidak sedap (wedhus ’kambing’), tingkahnya (jaran ’kuda’), keburukan rupa (bedhes ’kera’), dan kulitnya yang tebal (badhak).
3. Mahluk Menakutkan
Tuturan pada model ini merupakan sebuah makian yang diungkapkan karena penutur mempunya persepsi bahwa lawan tuturnya memiliki karakter seperti mahluk halus yang maskud. Yang jadi persepsi bukanlah arti katanya tetapi karakter atau sifatnya.
Contoh: Setan alas, wis minggato ae. Setan alas memiliki arti kata ‘setan hutan’ dalam kalimat tersebut bermakna ‘sudah – pergi – saja’.
Contoh: Setan, ngageti ae. Setan memiliki arti kata ‘Setan’. Dalam kalimat tersebut bermakna mengagetkan – saja.
4. Benda – benda
Model benda condong mengacu pada keburukan seperti usang, kuno, lama, dan bau tak sedap.
Contoh: ta… (kotoran manusia) berkaitan dengan bau yang tak sedap; gombal (kain usang) berkaitan dengan keusangan atau basi.
5. Bagian tubuh
Model ini dituturkan dengan menyebutkan salah satu bagian tubuh. Kata dasar model ini ada yang berupa kata dasar, tetapi sebagian mendapat akhiran -mu pada kata yang berkaitan dengan alat kelamin, mulut, kepala, dan anus.
Contoh: cocot, congor, endhasmu, utekmu, bathukmu, matamu, lambemu, udelmu, untumu, dan lain sebagainya.
6. Kekerabatan
Model kekerabatan dilakukan dengan menyebutkan kata – kata kekerabatan atau keluarga. Pada model ini juga ada tambahan mu yang mengikuti kata dasarnya.
Contoh : mbah mu, makmu, Bapakmu, dan Makdhemu,
Pada kalimat ‘dalane mbahmu’ bermakna agar seseorang tidak seenaknya tidak memakai jalan
7. Aktivitas
Modal acuan aktivitas berkaitan dengan suatu tindakan yang berhubungan dengan kekerasan, sekual, makan, perkelahian, dan suara.
Contoh Makian berkaitan aktivitas seksual amput, diancuk, hancik, dan jamput, yang bermakna ’sangga….’.
Makian yang berkaitan dengan aktivitas makan adalah mbadhok bermakna  ’makan’ dan untalen bermakna ‘menelan makanan’.
Makian yang berkaitan dengan aktivitas pukul-memukul adalah santapen dan kabyuken bermakna ’pukullah’, disikat bermakna ’dipukul’
Makian yang berkaitan dengan aktivitas suara adalah mbidheg bermakna ‘diam saja’ dan nggacor bermakna ’bicara terus’.
8. Profesi
Model acuan profesi digunakan untuk mengacu pada suatu pekerjaan yang dianggap rendah atau pekerjaan terlarang.
Contoh: Babu, Mbalon, Sundel, Mbabuo
9. Makanan
Makian ini dilontarkan karena ada kesamaan atau berkaitan antara rasa makanan atau karakteristik makanan dengan sifat manusia.
Contoh : tempe, asem, lontong, tela, gaplek, ngapleki
10. Tempat
Makian lebih condong digunakan untuk sesuatu yang dianggap kuno atau tertinggal.
Contoh: ndeso, ndesit
11. Etnik dan Bangsa
Model ini mengacu pada penyebutan suatu etnik, bangsa, dan suku karena dianggap entik atau bangsa tersebut sudah identik dengan sifat atau stereotipe tersebut.
Contoh : Singkek, Medura, Cina
Penggunaan makian (abuse swearing) merupakan salah satu sosiolinguistik yang ada di masyarkat. Walaupun bersifat kasar bahkan mengandung SARA akan tetapi faktanya swearing tersebut masih digunakan di masyarkat hingga saat ini. Beberapa contoh diatas dikutip dari penelitian Tri Winiasih, sedangkan beberapa contoh lainya merupakan tambahan subjektif dari penulis.

Sumber

  • Kisyani. 2004. Bahasa Jawa Di Jawa Timur Bagian Utara dan Blambangan. Jakarta: Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional.
  • Winiasih, Tri. (2010). Pisuhan dalam ‘basa suroboyoan’ kajian sosiolinguistik. Tesis. Surakarta: UNS

Beli buku Sekarang

Kajian Sosiolinguistik

Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Edisi Revisi)

Pengantar Sosiolinguistik

Sosiolinguistik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *