Membicarakan analisis wacana (AW) dan analisis wacana kritis (AWK) maka kita harus memahami dulu apa itu wacana. Wacana dalam bahasa Inggris discourse merupakan rangkaian teks baik lisan maupun tulis sebagai wujud tindak komunikasi yang mangandung gagasan dari addressor kepada addressee berdasarkan konteks tertentu (Foucault, 1972:48-49). Terkait dengan kajian atau analisis wacana lebih menekankan pada pembahasan unsur internal linguistik, sedangkan AWK mengkaji penggunaan bahasa terkait dengan bidang ilmu lain diluar linguistik.
1. Analisis wacana
Analisis wacana merupakan analisis unit linguistik terhadap penggunaan bahasa lisan maupun tulis yang melibatkan penyampai pesan dengan penerima pesan dalam tindak komunikasi (Slembrouck, 2003:1). Analisis wacana (AW) bertujuan untuk mengetahui adanya pola – pola atau tatanan yang di ekspresikan oleh suatu teks. Interpretasi sutu unit kebahasaan dapat diketahui secara jelas termasuk pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan disampaikan. Analisis wacana mengkaji unit kebahasaan dalam cakupan ilmu linguistik baik mikro seperti sintaksis, pragmatik, morfologi, dan fonologi dan linguistik makro seperti sosiolinguisitk, pragmatik, psikolinguistik.
2. Analisis wacana Kritis
Analisis wacana kritis (AWK) didefinikan sebagai upaya untuk menjelaskan suatu teks pada fenemona sosial untuk mengetahui kepentingan yang termuat didalamnya. Wacana sebagai bentuk praktis sosial dapat dianalisis dengan AWK untuk mengetahui hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya dalam domain sosial yang berbeda dalam dimensi linguistik (Eriyanto, 2006:7). Menurut Van Djik (2001) AWK yang menitikberatkan kekuatan dan ketidak setaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab itu, AWK digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah politik, ras, gender, hegemoni, budaya, kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada prinsip analisis wacana kritis yakni: tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi.
3. Perbedaan analisis wacana dan analisis wacana kritis
Analisis wacana lebih mengkaji pada fenomena linguistik baik mikro maupun makro, sedangkan AWK menganalisis fenomena wacana yang berhubungan dengan sosial masyarkat yakni menggali alasan mengapa sebuah wacana memiliki struktur tertentu yamg berhubungan sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut. Untuk memedakanya dapat dilihat pada dua contoh judul jurnal dibawah ini.
- Representatisi gender dalam ungkapan berbahasa indonesia dan bahasa Inggris
- Nasionalisme dalam Novel
Pada Journal yang pertama dianalisis dengan AWK yakni melihat ungkapan – ungkapan sebagai suatu unit linguistik yang terkait dengan fenomena praktik sosial wacana yakni representatif gender. Hal ini tentu terkait dengan budaya setempat bagaimana suatu ungkapan tidak lepas terhadap gender. Ungkapan terntentu akan berbeda jika diucapakan oleh laki – laki atau perempuan. Sejalan dengan contoh diatas pada tagline “penak jaman ku tho” dengan gambar mantan presiden Soeharto juga dapat dikaji degan AWK, karena syarat akan prinsip analisis hisotris yakni bagaimana perbadingan kesejahteraan pada pemerintahan Soeharto dengan sekarang . Hal ini tentu dapat dirasakan oleh mereka yang merasakan kehidupan sejak orde baru dan pasca reformasi.
Baca: Fenomena Wacana dalam Praktek Sosial, Ideologi, Kekuasaan, Budaya
Disisi lain, AWK dapat melihat bahwa tagline Soeharto tersebut merupakan media yang berusaha mengangkat stigma Soeharto. Hal ini merupakan suatu peran media dalam memberikan wacana kepada masyarkat sehingga melakukan perbandingan dengan kekuatan politik (politic power) yakni zaman dahulu lebih enak dari zaman sekarang yang disebar oleh kekuatan media (media power).
Kekutan media tersebut akan menjadikan suatu wacana lebih dominan dari wacana lain tidak dominan (termarginalkan). Bisa saja media secara sengaja menyampaikan wacana dominan yakni lebih sejahtera zaman Soeharto, sebaliknya zaman sekarang lebih susah adalah gambaran wacana yang tidak dominan. Selain itu, melalui wacana suatu kelompok dapat digambarkan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Bisa saja disembunyikan bahkan menjadi wacana yang termarginalkan. Sebagai seorang pembaca harus lebih kritis lagi yakni tidak bisa langsung menerima wacana yang ada karena pembaca memiliki kemungkinan wacana lain yang tidak sependapat dengan wacana penyampai pesan. Hal tentu akan mengakibatkan wacana menjadi hilang, karena perlu disadari bahwa setiap media memiliki kepentingan.
Pada contoh jurnal yang kedua yakni “nasionalisme dalam novel” dapat dikaji dengan analisis wacana yakni mengkaji fenomena linguistik yang terdapat pada novel serta konteks situasi yang memperlihatkan lingkungan dari penggunaan bahasa yang memaut wacana. Sehingga dapat ketahui fungsi dan konteks wacana nasiolisme bagaimana wacana nasionlisme di relalisasikan dalam unit bahasa. Lebih lanjut lagi pemikiran nasionalisme tersebut tentu berusaha disampaikan oleh penulis novel kepada pembaca.
Referensi
- Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.
- Slembrouck, Steff. 2009. What is Meant by Discourse Analysis. Belgium: Ghent University.
- Van Dijk, T. 2001. Methods of critical discourse analysis. UK: SAGE Publications.