Esai merupakan sebuah tulisan yang menarik karena berisi opini atau pandangan dari seorang penulis tentang suatu hal atau permasalahan. Esai juga lebih fokus pada satu pembahasan saja dan tidak melebar ke permasalahan lainnya agar masih tetap berada pada topik yang dibahas sehingga lebih jelas.
Penulis esai biasanya memiliki pikiran-pikiran baru yang bisa disumbangkan kepada para pembaca dengan istilah atau penggambaran tentang sesuatu. Selain itu, juga disertai dengan contoh bukti atau fakta kongkrit yang masih terkait dengan permasalahan sehingga pembaca bisa mudah memahaminya.
Sebenarnya adanya media sosial seperti Facebook dan Twitter bisa dijadikan sarana untuk latihan dalam menulis esai. Namun tidak semua orang bisa menyadari akan hal tersebut. Banyak orang yang hanya membuat kalimat pendek dimedsos dan tidak mau mengembangkannya hingga menjadi satu artikel.
Tentu saja dalam hal ini banyak sekali orang yang berbakat dalam menulis esai, namun tidak bisa mengembangkannya jika hanya berpaku pada medsos saja. Lebih baik mencoba untuk keluar dari lingkup menulis dalam skala kecil dan mulai berkarya dengan membuat tulisan panjang agar lebih jelas.
Tulisan panjang yang memuat 400 sampai 1000 kata, tentunya bisa membuat pembaca akan faham tentang permasalahan dan opini yang dilemparkan penulis. Tentu saja tulisan tersebut memiliki tema dan penjabaran tentang topik masalah serta kesimpulan atau pandangan tentang masalah yang dibahas.
Sedangkan pada Twitter, penulisan dibatasi hanya sampai 140 karakter saja yang membuat tulisan tidak bisa menjelaskan sebuah masalah dan hanya cocok untuk membuat judul saja. Kebanyakan orang hanya terlihat pintar dimedsos saja dengan menulis kalimat pendek tentang sebuah opini dalam masyarakat.
Hal ini tentu saja bukanlah cara seorang penulis yang bijak dalam melihat sebuah masalah dan selanjutnya bisa memberikan opini atau gagasan-gagasan baru. Para penulis dimedsos yang membuat sebuah tulisan, tentunya tidak bisa mempertanggungjawabkan tulisan yang telah dibuat tersebut.
Sayang sekali jika medsos dijadikan sebagai sarana untuk curhat dan tempat untuk menghujat kepada pihak lain. Hal ini tentunya bukan sebuah sikap yang jantan dan hanya menjadi seorang pengecut yang menulis seenaknya tanpa memikirkan bahwa ada pihak lain yang bisa dirugikan nama baiknya.
Namun banyak para pengguna medsos tampaknya bisa menikmati setiap tulisannya dan tidak menyadari bahwa bakat menulisnya akan sia-sia jika tidak dikembangkan. Menulis dimedsos memang tidak memiliki beban dan bisa menulis secara bebas tanpa ada peraturan-peraturan yang harus ditaati.
Baca: Sastra Indonesia di Masa Lampau
Semoga dengan cara mereka menumpahkan ekspresinya dalam tulisan melalui medsos, bisa bermanfaat untuk melatih tulisan dan otak agar bisa bersinergi. Selanjutnya bisa memunculkan ide-ide baru yang cemerlang dalam membuat tulisan dan bukanlah berupa tulisan-tulisan hasil dari copas pihak lain.
Referensi
http://www.academicindonesia.com/contoh-esai