Suatu teks memiliki wacana jika unsur kohesi, koherensi, dan referensi terdapat pada suatu teks. Untuk mengetahui unsur – unsur tersebut maka perlu mengetahui bagaimana penerapanya dalam teks baik lisan maupun tulis. Kohesi dapat diartikan sebagai keterkaitikan suatu teks berdasarkan ikatan sintaksis baik secara gramatikal (referensi, subtitusi, elipsis, konjungsi) dan leksikal (sinonim, repetisi, kolokasi) yang digunakan untuk menyusun wacana. Koherensi artinya pertalian suatu teks secara makna, sedangkan referensi artinya hubungan antar kata dengan sesuatu yang dirujuk terhadap kata atau satuan gramatikal.
Penerapan unsur kohesi, koherensi, dan referensi dapat dilihat pada contoh teks paragrap yang tentang kesehatan reproduksi.
Kesehatan Reproduksi
Suami dan istri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.
Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran sosial perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki. Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan karena menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya.
Penjelasan penerapan unsur kohesi, koherensi, dan referensi pada paragraf diatas yaitu:
1. Kohesi
Jika dilihat tidak ada pertalian antar kalimat secara gramatikal dan leksikal pada contoh diatas. Bahkan tidak ada pengulangan kata pada kalimat yang menunjukan kohesi. Pada kalimat pertama “suami istri” tidak kohesi dengan “calon pengantin”. Dan pada pargraf ke empat kata “remaja” tidak kohesi dengan “perempuan’. Jika dilihat dari keseluruhan teks paragraf maka teks tersebut dapat dikatakan memilliki kohensi, karena secara keseluruhan membicarakan tentang kesehatan reproduksi, lebih dari itu kohesi juga dapat berupa sinonim misal hewan bersinonim dengan (reptil, mamalia, ikan, amfibi, dan moluksa). Dalam konteks paragraf diatas kata “suami istri” dapat bersinonim dengan “laki – laki dan perempuan, maka tetap dikatakan berkohesi.
Pada contoh lain bisa saja suatu kata berbeda atau berubah dengan kalimat selanjuntya, tetapi memiliki makna yang sana. “Andrea Hirata”, akan berkohesi dengan “penulis laskar pelangi”.
2. Koherensi
Pertalian makna antar kalimat pada paragrpah dapat dikaitkan dengan lebih mudah dari pada kohesi. Pada kalimat pertama membicarakan tentang kesehatan, begitu juga kalimat yang kedua. Sedangkan pada paragraf kedua membicarakan tentang kesehatan reproduksi hingga kalimat terkahir masih membahas tentang kesehatan dan kesehatan reproduksi.
3. Referensi
Hubungan antar kalimat yang menjelaskan sebelum dan sesudahnya. Referensi endoforis yakni merujuk pada pembawa wacana di dalam teks yang terdiri dari anafora dan katafora. Referensi anafora menjelaskan teks sebelumnya atau anteseden disebelah kirinya, sedangkan katafora menjelaskan teks sesudahnya atau anteseden di sebelah kananya. Pada paragraf pertama diatas morfem terikat “nya” pada kata “reproduksinya” mengacu pada “calon pengantin” yakni termasuk referensi katafora.