Munculnya Variasi Kode Akibat Strata Sosial dan Geografis

Posted on
Mengapa dalam tindak komunikasi muncul variasi kode atau tuturan? Variasi kode muncul karena interaksi sosial dari dua atau lebih dialek yang berbeda dalam berkomunikasi. Sosial, budaya, sejarah, pendidikan, pekerjaan, lawan bicara akan mempengaruhi munculnya variasi kode. Variasi tuturan juga timbul karena tujuan tertentu dari pembicara seperti prestis dan dengan siapa berbicara. Selain itu, jika suatu daerah tertentu terdiri dari masyarkat yang heterogen misal daerah tujuan transmigrasi di Kalimantan juga akan menimbulkan variasi kode.

Sumber: os2o.com
Contoh: Munculnya variasi kode yang bisa kita lihat karena interksi sosial yaitu penggunaan bahasa gaul anak muda seperti: “baper” artinya “bawa perasaan”, “PHP” artinya “pemberi harapan palsu”, dan “kepo” artinya “ingin mengetahui apa yang dilakukan orang lain”.

1. Variasi apa yang timbul akibat strata sosial

Variasi bahasa yang timbul karena strata sosial dapat sebabkan oleh latar belakang penutur, gender, usia, pekerjaan, pendidikan, dan  agama yang digunakan untuk berintraksi dengan lawan tutur. Setiap tuturan akan mencerimkan latar belakang sosialnya sesuai dengan kelompok penutur tersebut. Jenis variasi akibat stara sosial antara lain akrolek, bisolek, dan vulgar.

Contoh: Mereka yang bekerja di sebuah hotel walaupun tidak menduduki jabatan yang tinggi atau hanya pekerja lapangan akan mengetahui istiliah – istilah perhotelan dan istilah asing terutama bahasa Inggris atau kata serapan yang digunakan dalam interaksi sosial. Misal mereka kata “redi” merujuk pada kata “ready” artinya siap, “booking” artinya pesan kamar.

 2. Variasi apa yang timbul akibat letak geografis

Akibat letek geografis maka akan dimungkinkan timbulnya dialek dari kelompok masyarkat tertentu. Letak geografis juga akan membedakan tinggi rendahnya nada, dialek, logat, dan kosa kata yang berbeda dalam menyebutkan kata benda. Salin itu juga dapat menimbulkan bahasa baru yang tadinya sama akan tetapi dalam perkembanganya atau ada perubahan sehingga ke arah yang berbeda. Hal ini disebabkankan karena perbedaan letak geografis juga akan menimbulkan perbedaan jenis pekerjaan, sosial budaya, keadaan dan tututan. Perbedaan ini dapat terlihat pada intraksi sosial masyarakat desa dan kota, masyarkat pengunungan dan pantai, petani dan buruh pabrik, dan lainya.

Contoh: Untuk menyebutkan kata “bapak” orang Banyumas akan terdengar menambahkan apostof (‘) sehingga akan menjadi “bapak’” sedangkan orang solo akan tetap mengatakan “bapak” selain itu juga muncul logat yang berbeda dengan dearah lain seperit penambahan morpheme lah, yuh, la, thok, baén, géh, gyéh, dan baé.

3. Apa yang dimaksud dengan masyarakat tutur atau guyub?

Masyarkat tutur (speech community) merupakan suatu kelompok orang atau suatu masyarakat mempunyai variasi bahasa atau ujaran yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu. Menurut Fishman (1976) menyatakan bahwa masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya mengenal minimal satu variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan penggunaannya. Masyarkat tutur muncul karena adanya kepentingan yang sama, merasa menggunakan bahasa yang sama, saling pengertian (mutual intelligibility), mematuhi norma yang dipilih, adanya kebersamman kode linguistik, secara terperinci dalam aspek sistem bunyi, sintak, dan semantik. Selanjutnya Lyons (1970) mengatakan bahwa masyarakat tutur adalah semua orang yang menggunakan suatu bahasa atau dialek tertentu.

Contoh: penggunaan bahasa yang hanya digunakan oleh sekelompok orang tertentu misal sekelompok orang waria yang menggunkan bahasa untuk berinteraksi antar mereka. Misalkan saja mereka mengatakan kata “cin” untuk menggil teman, “cucok” untuk mengatakan “cocok”, “eke” artinya saya, dan lainya.

Referensi
  • Alwasilah, A. C. 1986. Sosiologi bahasa. Bandung: Angkasa.
  • Bauer, L.  2007. The linguistcs student’s handbook.  Edinburgh: Edinburgh University Press Ltd.
  • Chaer, A dan Leoni A. 2004. Sosiolinguistik: perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistik. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Fishman, J. A.1976. The sosiology of language. Massachussetts: Newbury House Publisher.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *