Minimnya Ahli Filologi di Indonesia

Posted on
Filologi merupakan ilmu yang membahas tentang  kajian bahasa dan sastra serta kebudayaan. Namun umumnya lebih mengacu pada penelitian tentang manuskrip kuno ataupun naskah-naskah dari jaman dahulu yang ditulis menggunakan tangan untuk diterjemahkan dalam bahasa modern.
Negara kita memang memiliki banyak warisan manuskrip dan naskah-naskah kuno. Ada banyak macam jenis peninggalan manuskrip disetiap daerah yang masih belum dikaji secara menyeluruh untuk diungkap sebagai pengetahuan tentang sejarah, sastra dan kebudayaan nenek moyang.
Di sebelah barat Indonesia yaitu propinsi Aceh dan pulau Sumatera memiliki banyak manuskrip kuno yang berbahasa Melayu dan Arab. Masyarakat di Aceh pada khususnya dan Sumatera pada umumnya tidak banyak yang tertarik untuk mempelajari sejarah dari nenek moyangnya sendiri.
Sedangkan di daerah Sunda juga banyak terdapat manuskrip kuno yang berjumlah 10ribu lebih yang telah tersimpan di Perpusnas. Namun karena masih kekurangan ahli Filolog bahasa Sunda, maka hanya sekitar 10% saja yang sudah berhasil diterjemahkan dalam bentuk film dan digital.
Naskah Sunda ada yang tersimpan pada daun lontar, bambu, nipah dan kertas biasa. Penulisan naskah menggunakan berbagai bahasa seperti aksara Buda/gunung. Ada juga yang ditulis dengan bahasa Sunda kuno. Sementara naskah pada masa kerajaan Mataram ditulis menggunakan bahasa Cacarakan.
Ada pula naskah kuno Sunda yang ditulis menggunakan huruf Arab Pegon. Biasanya  naskah ini ditulis oleh para santri sebagai kitab tentang agama dan hukum Islam. Sedangkan naskah yang ditulis memasuki masa modern pada zaman kolonial Belanda sudah menggunakan huruf latin.
Sementara itu daerah Jawa yang dahulu kala pernah menjadi pusat kebudayaan nenek moyang memang paling banyak memiliki manuskrip kuno. Namun anehnya manuskrip dan naskah-naskah bahasa Jawa kuno lebih banyak ditemukan dipulau Bali daripada didaerah Jawa sendiri.
Memang di kota Solo juga ada museum Radya Pusaka dan masjid Agung Solo yang masih sempat menyimpan naskah kuno tersebut. Namun jumlahnya masih sedikit jika dibandingkan dari manuskrip Sunda yang ada di Puspernas dan di Pulau Bali yang tersimpan di museum Singaraja.
Hal tersebut karena banyak sekali naskah Jawa yang dibawa ke negara-negara barat terutama Belanda dan Inggris. Di perpustakaan universitas Leiden yang ada di Belanda, ada sekitar 20ribu naskah dan manuskrip Jawa kuno yang tersimpan dengan rapi di perpustakaan tersebut.
Namun masih banyak manuskrip dan naskah-naskah kuno yang ada di Indonesia yang memerlukan pengkajian agar bisa terawat dan lestari bagi kekayaan budaya negara. Selain itu bisa diterjemahkan sebagai pengetahuan bagi masyarakat terutama para generasi penerus bangsa.
Hal ini tentu saja membutuhkan banyak ahli Filolog yang perduli dengan sejarah nenek moyang bangsa ini. Namun sedikit sekali mahasisiwa yang mau mengambil jurusan Filolog sehingga perkembangan sejarah masa lampau kurang memasyarakat dan masih banyak yang awam akan sejarah nenek moyang sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *