Hamka atau Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah, lahir di Agam, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981. Nama Hamka telah lama dikenal sebagai salah satu sastrawan ternama Indonesia. Salah satu karyanya yang populer adalah Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang sempat sukses difilmkan pada tahun 2013 lalu.
Gambar: Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah |
Sebagai seorang sastrawan, pemikiran-pemikiran Hamka tak bisa dilepaskan oleh agama Islam yang melekat pada dirinya. Pada Februari 1927, Hamka pergi ke Mekkah untuk mendalami agama Islam dan menunaikan ibadah haji. Ia sempat menjadi Ketua Muhammadiyah cabang Padang Panjang dan Sumatera Barat. Pada tahun 1953, Hamka bahkan terpilih sebagai Ketua Muhammadiyah (pusat). Setelah itu, ia selalu terpilih sebagai ketua sampai tahun 1971.
Beberapa daftar buku dan novel yang ditulisnya antara lain:
- Khatibul Ummah (ditulis dalam bahasa Arab)
- Pembela Islam (sejarah Abu Bakar as Shiddiq)
- Di Bawah Lindungan Ka’bah (1937)
- Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1940)
- Merantau ke Deli (1940)
- Tafsir Al-Azhar
- dan lain-lain
Hamka merupakan sastrawan Angkatan Balai Pustaka. Pada masa itu hampir semua karya sastra diterbitkan oleh Balai Pustaka. Sastrawan lain pada masa itu misalnya Muhammad Yamin, Marah Rusli, Merari Siregar, dan Nur Sutan Iskandar. Ciri-ciri kesusastraan pada Angkatan Balai Pustaka yaitu bertemakan adat dan kawin paksa; bersifat romantis didaktis; dan bersifat propinsialistis.
Novel Hamka, Di Bawah Lindungan Ka’Bah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck menjadi dua novel yang cukup populer. Kisah percintaan memang bisa menarik banyak pembaca walaupun Hamka juga tidak melupakan unsur agama Islam dalam novel percintaan yang dibuatnya. Novel-novelnya juga bercerita beberapa tempat yang memang pernah ia kunjungi. Hamka yang berasal dari Sumatera memang merantau ke Jawa dan akhirnya berkarir di Jawa.
Menulis sebuah roman seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck bagi seorang pemuka agama bukanlah hal yang lazim dilakukan. Hamka juga menyadari akan hal itu. Ia mengungkapkan bahwa ia mendapatkan tantangan yang keras dari kalangan agamawan. Namun seiring berjalannya waktu, tantangan tersebut memudar dan orang-orang bisa mengerti bahwa roman juga bagian dari kesenian dan keindahan yang perlu dalam hidup manusia.
Selain menulis menulis roman dan buku agama, Hamka juga pernah menulis tentang sejarah Indonesia dalam buku “Dari Perbendaharaan Lama”. Di dalam buku tersebut Hamka menceritakan tentang sejarah Indonesia, tokoh-tokoh sejarah, dan juga peranan Islam di Indonesia.
“Karena demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi; kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak.” – Hamka, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.
Baca: Pengaruh Budaya Barat Bagi Sastra Indonesia
Referensi
- Budiman, Sumiati. 1987. Sari Sastra Indonesia. Klaten: PT. Intan Pariwara
- Hamka, 2014. Tenggelamnya Kapan Van der Wijck. Jakarta: Balai Pustaka.
- en.wikipedia.org/wiki/Hamka