Secara umum pemahaman tentang linguistik dimaknai sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Para pakar linguistik juga memiliki kesamaan dalam mengartikan linguistik sebagai ilmu yang mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Di dalam perkembangan ilmu linguistik memiliki bidang-bidang bawahan seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, misalnya dalam ilmu kimia dibedakan antara kimia organis dan kimia anorganis. Verhaar (1986: 6) menyitir sebuah istilah dari Saussure mengenai linguistik diakronis (dari yunani dia ‘melalui’ dan ‘khronos ‘waktu’, ‘masa’) adalah penyelidikan tentang perkembangan suatu bahasa. Misalnya bahasa Indonesia sekarang berlainan dari bahasa Melayu Klasik, dan berlainan pula dari bahasa Melayu Kuno yang tertulis pada prasasti-prasasti Kedutaan Bukit, Talang Tuwo dan Kota Kapur. Bahasa Melayu Kuno memiliki awalan mar- yang dalam bahasa Melayu Klasik dan dalam bahasa Indonesia menjadi me- dan ber- . Kalau kita bandingkan bahasa Inggris sebelum tahun 1000 sesudah masehi dengan bahasa Inggris sekarang, akan tampak bahwa sebagian besar dari akhiran telah hilang. Perubahan semacam itu terjadi secara tidak kebetulan, melainkan menurut hokum perkembangan tertentu.
Disamping itu Perkembangan suatu bahasa dapat terjadi sedemikian rupa sehingga setelah beberapa abad timbullah dari padanya beberapa bahasa yang benar-benar berlainan, karena variasi-variasi dari bahasaitu (lazim disebut dialek) saling menjauhkan diri. Misalnya bahasa Latin 20 abad yang lalu terdiri dari beberapa dialek, yang kemudian tumbuh menjadi bahasa yang berlain-lain, yaitu bahasa Prancis, Itali, Spanyol, Portugis dll. studi tentang perkembangan bahasa merupakan linguistik diakronis.
Lebih lanjut lagi Verhaar (1986: 7) menelaskan mengenai linguistik singkronis (dari Yunani syn ‘dengan’, ‘bersama’ dan khronos ‘waktu’ berlainan bidangnya dari linguistik diakronis. Dalam linguistik sinkronis setiap bahasa dianalisis tanpa memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa lampau; misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris masing-masing dapat dianalisis tanpa memperhatikaan perkembangan dari bahasa Melayu Klasik atau bahasa Anglo-Saxon. Yang tampak dalam analisis singkronis ialah apa yang lazim disebut “stuktur” misalnya hubungan antara imbuhan dan dasar, hubungan antar-bunyi, dan hubungan antar-bagian kalimat.
Referensi
Verhaar, John. W. M. (1986). Pengantar linguistik. Yogyakarta: Gaja Mada Uversity Press.