Salah satu materi dalam mata kuliah Teaching English as a Foreign Langauge (TEFL) membahas tentang kendala yang dihadapi siswa selama pembelajaran bahasa Inggris. Eksplorasi kendala ini dilakuan di salah satu lembaga pendidikan dengan melakukan observasi, dokumentasi, dan wawancara terhadap siswa. Beriktu ini
laporan pengamatan yang saya buat tentang kendala dalam pembelajaran bahasa Inggris.
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu metode pengajaran bahasa yang efektif termasuk pembelajaran bahasa inggris baik secara formal maupun informal. Bahasa inggris merupakan bagian dari tuntutan di era global dimana siswa diharuskan untuk mengusai bahasa inggris baik dalam berbicara (spoken) maupun dalam menulis (written) karena seperti fakta yang ada dalam masyarakat sekarang ini bahwa bahasa inggris dipakai hampir disemua bidang seperti pada buku, bidang ilmaiah, website, computer dan lainya. Terlebih pada dunia kerja seorang pemalamar kerja pada umunya diharuskan bisa berbahasa inggris baik aktif maupun pasif, jadi sangatlah tepat apabila pengajaran bahasa inggris yang tepat akan berdampak baik pada siswa itu sendiri. Akan tetapi sering kita jumpai pembelajaran bahasa inggris masih menglami sejumlah kendala yang menghambat proses belajar siswa. Dapat di paparkan misalkan dari sisi guru yang kurang berkomptensi, kurang komunikatif, kurang manguasai materi dan bahkan tidak memahami dengan baik bahasa inggris itu sendiri, hal ini sering terjadi apabila memang jumlah guru terbatas yang pada akhirnya memberikan pembelajaran bahasa inggris bukanlah orang dari latar belakang bahasa inggirs atau pengarajaran bahasa inggris. Faktor penghambat lainya adalah, metode pembelajaran bahasa inggris itu sendiri yang kurang tepat, dalam pembelajaran bahasa terdapat tiga komponen utama yang harus diajarkan dengan baik dan benar yaitu pronounciation, vocabulary dan grammar.
Dari 3 unsur diatas menjadi kunci dari empat skill utama dalam bahasa inggris untuk dapat dikembangakan dengan baik yaitu speaking, listening, reading dan writing, yang harus disampaikan dan diajarkan dengan metode yang tepat. Salah satu faktor penghambat dalam pembelajaran bahasa lain yang tidak kalah pentingnya adalah fasilitas dalam pembelajaran, karena fasilitas merupakan media yang dapat dipakai oleh siswa dalam pembelajaran agar siswa lebih intenfis dalam praktek berbahasa, fasiltitas yang dinilai kurang ini dapat dicontohkan pada study kasus pada pengamatan dalam laporan ini, dimana study kasus ini dilakukan di Pondok Pesantren A.
Pondok Pesantren A didirkan oleh Bapak A pada tanggal ………….., yang beralamat di desa A. Pondok pesantren ini memiliki gedung pembelajran diantaranya; ruang kelas, masjid, gedung serba guna dan asrama sebagai tempat tinggal siswa-siswanya. pondok pesantren ini dipimpin oleh seorang pengurus dan sekaligus pendiri pondok pesantran ini yaitu Bapak A dan tenaga pengajar dari pondok itu sendiri. Jumlah santri yang tinggal dan belajar di pondok ini sekitar 290 santri dengan jumlah siswa laki-laki 130 santri dan jumlah siswa perempuan sebanyak 150 santri, santri-santri tersebut berasal dari masyarkat sekitar dan berbagai kota di Indonesia, mereka diperbolehkan untuk mendaftar dan menjadi sisiwa di pondok tersebut melalui administrasi pendafraran yang dilakukan oleh pondok tersebut.
Dalam pengajaran bahasa inggris memang memerlukan metode yang tepat agar siswa bisa belajar dengan baik dan menerima pelajaran dari para tenaga pengajar agar terjadilah sebuah proses pembelajaran yang ideal. Pembelajaran yang baik harus melibatkan semua pihak yang terlibat didalamnya, baik dari guru, metode pengajaran dan fasilitas yang memadai. Dengan dipenuhinya aspek tersebut maka akan terjadi sebuah proses pembelajaran yang berkesinambungan. Akan tetapi apabila dikupas lebih mendalam lagi maka ada banyak sekali yang bisa digali mengenai kekurangan dalam pembelajaran bahasa inggris, di contohkan pada study kasus di Pondok Pesantren A ini, pengajaranya bersifat informal yang dikelola secara kelembagaan independent sehingga wajar apabila ada kekurangan dalam proses pengajaranya, salah satu kekuranganya disini adalah dari sisi fasilitas pembelajaran bahasa inggrisnya, dimana siswa tidak memiliki modul atau buku paket yang menjadi acuan dasar dalam proses pembelajaranya. Melalui laporan ini maka akan dibahas lebih mendalam tentang kekurangan tersebut dan solusi yang tepat agar proses pembelajaran bahasa inggris di pondok pesantren tersebut berjalan dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam laporan ini akan membahas sejumlah hambatan yang dialami siswa dalam pembelajaran bahasa inggris di Pondok Pesantren A. Di pondok pesantren ini sudah memiliki metode pengajran bahasa inggris yang tersendiri dan berbeda dengan yang ada dilembaga maupun sekolah pada umunya, oleh karena sebelum membahas lebih jauh maka kita akan mengupas terlebih dahulu program pengarjaran bahasa inggrisnya.
Santri-santri di Pondok Pesantren A terdiri dari anak-anak yang duduk dibangku SD/ MI, SMP/MTS, SMA/ MA dan Mahasiswa. Dalam pembelajaran bahasa inggris murid-murid tersebut dibagi dalam 3 kategori atau kelas yaitu beginner level untuk anak SD/ MI, intermediate level untuk murid SMP/ MTs dan advance level untuk murid SMA/ MA dan mahasiswa. Pada pondok pensantren ini memiliki system pengajaran bahsa inggris dan bahasa arab yang unik. Dalam aktifivas sehari-hari kegiatan santrinya diatur oleh jadwal yang rutin mulai dari pagi hari hingga malam hari. Program keseharian ini dipondok ini dinamakan Arabic English Development Skill yang dicetuskan oleh A , yaitu program pelatihan bahasa arab dan bahasa inggris yang diperuntukan bagi seluruh siswa disana dalam rangka meningkatkan prestasi bahasa arab dan bahasa inggris untuk semua siswa disemua level selama menjadi santri di pondok ini. Program ini dilaksanakan selama empat hari dalam seminggu mulai dari hari senin, selasa, rabu, kamis dan sabtu ynag dilaksanakan setiap sore hari selama satu jam mulai dari jam 16.00 – 17.00 WIB sedangkan pada hari sabtu dilaksanakan pada jam 17.00 – 18.00 WIB. Pelaksanaan program ini dilakukan diruang kelas dan diajar oleh seorang guru yang telah lulus program ini yang mengajarkan empat skill yaitu speaking, reading, listening dan writing. Dalam kaitanya dengan program bahasa inggris di pondok ini memiliki program yang diadakan sekali dalam dua bulan yang dinamakan “memasak” program ini diadakan mulai dari jam 6 higga jam 8 pagi, dimana semua murid diajak untuk memasak makanan secara bersama-sama yang dibagi kedalam kelompok-kelompok yang terdiri dari sekitar 10 orang perkelompok dengan nama kelompok yang berbeda dan variatif, sehingga setiap kelompka harus memakai kostum yang sama sesuai tema pada nama kelompoknya. Yang menarik dari program ini adalah semua kegiatan dalam aktifitas tersebut harus mengunakan bahasa inggris dan bagi siswa yang memakai memakai bahasa indonesia atau jawa akan mendapatkan hukuman melakukan skotjam sebanyak 10 kali secara langsung baik laki-laki maupun perempuan yang di awasi dan dihakimi oleh tentor maupun siswa yang lainya. Dan yang lebih ditekankan dalam pondok pesantrin ini dalam keseharianya untuk meminimalisirkan penggunaan bahasa indonesia dan bahasa jawa sehingga mengutamakan bahasa inggris dan bahasa arab sebagi media komunikasi untuk membiasakan dan mencetak siswa-siswa yang berkompeten dalam dua bahasa tersebut.
Tenaga pengajar yang mengajar di pondok ini terutama bahasa inggris harus lulus dari sebuah training yang disebut Training of Trainer, program ini dicetuskan oleh Bapak A yang diadakan oleh Pondok Pensantren A dalam rangka peningkatan, pengajaran dan sertifikasi untuk menjadi tenaga pengajar sebagai bentuk keabsahan standar penguasaan bahasa inggris yang baik dari pondok ini. Pada program ini diperuntukan bagi semua murid akan tetapi terutama bagi advance level (murid SMA dan Mahasiswa) karena mereka dianggap lebih senior dan meneruskan estafet pengjaran bagi adik –adik dibawahnya, program ini berlangsung selama 4 bulan pendidikan yang mengajarkan materi sejak awal hingga benar-benar bisa aktif dalam berbahasa inggris, sehingga mereka mempunyai kemampuan yang memadai dalam membimbing adik-adik mereka. Jadwal kegiatan acara ini berlangsung empat hari dalam satu minggu, mulai dari hari senin, selasa, rabu dan sabtu yang dilakukan tiga kali sehari yaitu subuh, ashar dan isya, akan tetapi untuk hari sabtu hanya dilaksanakan setelah isya. Sampai saat ini jumlah tenaga pengajar bahasa inggris hasil dari pendidikan ini sekitar 30 orang, baik dari mahasiswa, murid SMA maupun staf lainya yang tinggal di pondok tersebut.
Metode yang dipakai dalam penyusunan laporan ini mengunakan metode wawancara, sehingga peneliti dapat mengeksplorasi informasi dari perspective siswa yang menjadi narasumber. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa inggris sebenaranya sangatlah komplek, bisa berasal dari diri sisi siswa itu sendiri, guru, fasilitas, metode pengajaran maupun dari faktor eksternal yang ada. Dalam laporan ini memfokuskan pada permsalahan atau kekurangan yang dikarenakan oleh fasilitas yang kurang di pondok pesantren tersebut.
1. Permasalahan
Buku merupakan media pengajaran yang terpenting dalam suatu pengajaran bahasa dimana setiap siswa akan tahu mengenai keselurahan materi yang diajarkan dalam satu period pengejaran misal dalam satu semester. Buku juga berisikan point-point penting yang harus dikuasai oleh siswa, siswa juga dapat membaca materi sebelum mulai pelajaran dan dapat mengulas kembali apa yang telah diajarkan. Dejauh ini memang pondok pesantern ini belum menyediakan fasilitas buku ajar atau modul ajar bahasa inggris kepada santri-santrinya sehingga dengan kurangnya fasilitas tersebut menjadi hambatan siswa yang cukup krusial. Sejauh ini proses pengajaran yang berlangsung adalah siswa mendapatkan salinan materi dari tentor, jadi mereka kurang persiapan dalam belajar, dan buku acuan yang dipakai tentor pun berasal dari buku-buku tentor sebelumnya yang dipergunakan secara trun-temurun serta buku milik tentor sendiri yang mereka dapatkan dari luar terlebih tidak adanya perpustkaan yang menyediakan refernsi buku-buku lain yang mereka butuhkan kurang dan terbatas. Karena memang kalau dilihat bahwa berdasarkan pengamatan dari peneliti bahwa penekanan bahasa inggris di pondok ini lebih pada skill dalam speaking yang mana metode pengajaranya lebih kepada praktis berbicara bukan pada teoritisnya bagaiman agar siwa dapat memproduksi kata dalam berbahasa inggris sebagai media komuniksi secara spoken, jadi modul yang diajarkanpun lebih cenderung pada materi speaking yang tidak terlalu terpaut pada materi karena materi speaking bersifat fleksible, dari hasil wawancara menyebutkan bahwa materi dalam sebuah tema speaking berkaitan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga permasalahan yang berkaitan dengan fasilitas bahan ajar tersebut dapat kita simpulkan diantaranya:
- Tidak tersedianya buku ajar atau modul bahan ajar untuk siswa.
- Buku yang dipakai untuk bahan ajar yang didapatkan oleh tentor berasal dari tentor sebelumnya secara turun temurun.
- Tentor hanya menambahkan buku ajar dari yang mereka dapatkan sendiri.
- Tidak tersedianya perpusatakan sebagai sumber buku dan referensi untuk siswa dan tentor sebagai gudang ilmu.
Dari pemasalahan diatas kita dapat menyimpulkan kerangnya fasilitas bahan ajar yang menjadi hambatan dalam belajar bahasa inggris. Fasilitas yang harus disedikan oleh lembaga secara umum diantaranya, Gedung Pembelajaran, ruang kelas, alat bantu belajar dan media pengajaran, perpustakaan, alat tulis, buku pelajaran dan fasilitas penunjang lainya seperti rak buku, tas dan lain-lain. Salah satu kekurangan lain yang adalah tidak adanya lab bahasa yang memadai dan siswa hanya melakukan latihan bahasa inggris seperti listening di kelas, gedung sekolah. Akan tetapi fokus pada laporan ini adalah melihat kekurangan bahan ajar yang sudah dijelaskan diatas.
2. Solusi
Setelah kita ketahui masalah tersebut diatas maka dibutuhkan alternativ solusi yang tepat agar terjadi kesinambungan proses pengajaran bahasa inggris yang baik. Dalam hal ini adalah solusi tentang ketersediyaan fasilitas bahan ajar seperti modul dan buku yang dinilai kurang. Fasilitas adalah sarana dan prasarana yang berfungsi untuk melancarkan atau memudahkan proses pelaksanaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dalam hal ini yang di fokuskan adalah sarana bahan ajar yaitu modul, modul adalah komponen penunjang dalam suatu sistem yang berdiri sendiri, dalam dunia pendidikan meliputi kegiatan program belajar mengajar yang meliputi perencaan tujuan yang akan dicapai, penyediyaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk menilai serta mengukur keberhasilan murid dalam menguasai pelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa dengan bantuan dari gurunya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sehingga dapat kita simpulkan modul pengajaran adalah materi pelajaran yang dibuat untuk para siswa melalui penyusunan yang sistematis secara tertulis dengan tatanan sedemikian rupa agar siswa sebagai pembaca dapat mendapatkan ilmu dan materi yang diajarakan secara mandiri (Supriyatno, 2006). Modul sebagai bahan ajar di sediakan oleh pihak pengajar untuk memfasilitasi siswa agar siswa mampu melakukan pengajaran bahasa inggris yang baik, siswa akan lebih siap dan mampu untuk belajar dengan panduan yang ada sehingga terjadi keteraturan terlebih siswa akan mendapatkan referensi yang lebih banyak agar mereka lebih mengetahui berbagai persolan dan bidang yang tidak hanya mereka dapatkan dari tentor mereka. Karena dalam cakupan bahasa banyak yang harus dimengerti dan dapat dipelajari sendiri oleh siswa, oleh karena itu mereka dapat melakukan self learning melalui buku yang mereka pelajari. Modul sebagai bahan ajar sangat berkaitan sekali dengan silabus, dimana silabus itu menjadi bagian dari modul. Harmer (1991: p. 25) menjelaskan bahwa silabus adalah bidang ilmu yang dibutuhkan oleh siswa yang disusun dan memfokuskan pada skill yang akan dikuasai oleh siswa. Dalam silabus juga menjelaskan secara mendetail tentang topic, subjek materi atau aktivitas siswa dan tugas yang disajikan dalam beberapa tipe yang berbeda sebagai suatu arahan. Jadi akan diketahui secara jelas apa yang akan dipelajari oleh siswa sesuai dengan level dari siswa tersebut terutama terkait tema dan topik yang akan dikuasai oleh siswa.
Indriyanti & Susilowati (2010) menjelaskan Secara umum modul memiliki tujuan dan keuntungan yang signifikan. Tujuan dari penggunaan modul sebagai bahan ajar sebagai berikut:
- Waktu yang diperlukan siswa dalam menguasai materi pelajaran lebih singkat.
- Dalam menyelenggarakan pendidikan yang teratur, pengajar dapat memberikan waktu yang lebih efektif yang diperlukan siswa.
Keuntungan yang didapatkan dengan pembelajran melalui modul diantaranya:
- Adanya pembatasan pelajaran yang jelas sesuai dengan kemapuan siswa sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar.
- Melalui modul tersebut guru dapat mengetahui keberhasilan belajar siswa melalui evalusi keberhasilan siswa.
- Kemampuan keberhasilan siswa dapat dicapai
- Dalam satu semester materi bahan ajar dapat diberikan secara merata
- Karena bahan pelajaran disusun berdasar jenjang akademik maka pendidikan akan lebih berdaya guna.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa, solusi dan saran yang dapat diberikan untuk pondok pesantren ini adalah:
- Menyediakan modul sebagai bahan ajar untuk siswa agar siswa mampu belajar dengan mandiri, menghemat waktu dan sebagai standar acuan materi serta pengukuran keberhasilan siswa dalam satu semester.
- Menyediakan modul yang representatif yang sesuai dengan standar kompeten yang akan dicapai oleh siswa.
- Merancang modul dengan dasar silabus yang sesuai dengan level dari setiap siswa yang berfokus pada bidang ilmu yang akan dikuasai.
- Memberikan buku-buku lain sebagai referensi untuk santri dan tentornya
- Penediyaan perpustakaan sebagai sumber kebutuhan ilmu bagi semua akademisi di pondok ini
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pengajaran bahasa inggris melibatkan empat skill yaitu speaking, reading, listening dan writing sebagiamana yang telah diterapkan di Pondok Pesantren A. Pondok ini memiliki keunggulan dalam pembelajaran bahasa inggris yang diperutukan untuk santri-santrinya agar mampu menguasai bahasa inggris secara aktrif, oleh karenanya ada banyak program yang telah dicanangkan di pondok pesantren ini melalui kegiatan rutin baik harian maupun bulanan yang telah menjadi bagian dari keseharian para muridnya. Seperti Arab dan English Development Skill, Training of Trainer dan memasak yang diselengarakan untuk santri-santrinya. Skill yang paling menonjol di pondok pesantren ini adalah bidang speaking yang sangat diasarankan bagi santrinya agar mereka mampu berkomunikasi dangan baik dan meminimalisir penggunaan bahasa indonesia dan bahasa jawa termasuk dalam kegiatan sehari-harinya. Pondok yang didirikan sejak tahun ……… ini memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam pengajaran bahasa inggris terutama dalam bidang fasilitas. Metode pengajaran yang bagus harus diimbangi dengan fasiltas pengajaran yang memadai pula termasuk bahan ajar sebagai suatu dasar dan referesi baik tentor dan santri agar bisa lebih baik lagi dalam belajar serta belum adanya perpustakaan sebagai gudang ilmu bagi semua civitas akademik disana. Secara keseluruhan pondok ini mampu manghasilkan siswa yang mampu berkomunikasi bahasa inggris secara dua arah yang komunikatif. Alangkah lebih baik lagi bila kekurangan diatas nantinya dapat terpenuhi sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik kepada semua pihak terutama terkait pembelajaran bahasa inggris.
DAFTAR PUSTAKA
- Harmer, Jeremy. (1991). “The Practice of English Language Teaching”. New York: Longman Publishing.
- Indriyanti, Nurma Yunita dan Endang Susilowati. (2010). “Pengembangan Modul”. Diberikan dalam Pelatihan Pembuatan e-module bagi Guru-guru IPA Biologi SMP se-Kota Surakarta menuju Open Education Resources, Pada tanggal 7 Agustus 2010.
- Kamus Besar Bahasa Indonesia online. http://kamusbahasaindonesia.org/fasilitas [diakses tanggal 20 desember 2012].
- Kamus Besar Bahasa Indonesia online. http://kamusbahasaindonesia.org/modul [diakses tanggal 20 desember 2012].
- Supriyatno, Nono. (2006). “Pengembangan Modul”. (Disampaikan dalam Diklat Pengembangan Bahan Ajar Tahun 2006). http://aguswuryanto.wordpress.com/2010/08/31/pengembangan-modul-pembelajaran