Konsep Pengajaran Membaca dalam Bahasa Inggris

Posted on

A. Pendahuluan

Hal utama dalam membaca adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca. Ini berarti memotivasi mereka untuk membaca. Tapi bagaimana kita seorang guru dapat melakukannya? Pertanyaan inilah yang memunculkan sebuah pernyataan bahwa apa yang siswa lakukan selama membaca merupakan pengalaman mereka yang mereka dapatkan selama membaca, dan mereka menggunakan pengalaman itu untuk membangun pemahaman tentang mengapa kita membaca. Jadi untuk memotivasi siswa untuk membaca, guru harus melakukan dua hal: pertama, guru sendiri harus memiliki visi apa yang paling utama dalam kegiatan membaca. Kedua, guru harus membuat tugas atau kegiatan yang memberikan siswa pengalaman melakukan hal yang utama ini.

Pembaca nyata (real reader) melakukan sesuatu dengan apa yang mereka baca. Jadi siswa berpikir membaca itu adalah hal yang penting mereka lakukan. Karena, dengan membaca mereka dapat mencapai suatu tujuan penting bagi mereka atau untuk menjawab pertanyaan yang mereka inginkan. Sehingga mereka termotivasi untuk membaca, sebab disaat membaca mereka memberdayakan atau memperkaya pengetahuan mereka.

Sebagai guru, kita percaya ketika kita mengatakan “Reading is a power.” Tapi bagi siswa untuk mempercayai bahwa membaca adalah power itu bukanlah hal yang mudah buat mereka. Sehingga guru harus menempatkan mereka diposisi untuk mengalami power membaca. Hal ini berarti mereka harus melakukan tugas dan kegiatan yang menunjukkan power membaca tersebut. Dalam pelibatan mereka pada power membaca ini guru harus menyiapkan metode pengajaran membaca yang menarik sehingga tidak membuat mereka merasa bahwa pelajaran membaca ini sangat membosankan.

B. Pengajaran Membaca dalam Bahasa Inggris

1. Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1986:7). Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1986:7).

Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67). Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir Burhan dalam St.Y. Slamet, 2008:67).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo dalam H.G. Tarigan, 1986:8). Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas. Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet, 2008:68).

Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik simpulan bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk yang dapat diukur dalam kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat membaca.

2. Jenis-Jenis Membaca

Menurut Tarigan (1986:12-13), mengklasifikasikan jenis-jenis membaca adalah membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud; oral reading); membaca dalam hati (silent reading); Membaca ekstensif (extensive reading); membaca ekstensif ini mencakup pula membaca survey (survey reading); membaca sekilas (skimming reading), dan membaca dangkal (superficial reading); membaca intensif (intensive reading); membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (comprehensive reading), dan membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading for ideas); Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup pula membaca bahasa asing (foreign language reading), dan membaca sastra (literary reading).

3. Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan (Farida Rahim, 2007:11). Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (H.G. Tarigan, 1986:9).

Tujuan membaca mencakup: kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring, menggunakan strategi tertentu, memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk dan Irwin dalam Burns dkk, dalam Farida Rahim, 2007: 11).

Selain beberapa tujuan membaca yang telah disampaikan di atas, terdapat pula beberapa tujuan membaca lainnya yang erat kaitannya dengan makna, diantaranya: Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, membaca untuk memperoleh ide-ide utama, membaca untuk mengetahuai urutan atau susunan, organisasi cerita¸ membaca untuk menyimpulkan, membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan, membaca untuk menilai atau mengevaluasi, membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.

4. Membaca Pemahaman dan Unsur-unsurnya

Kegiatan membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca. Membaca pemahaman adalah pemahaman arti atau maksud dalam suatu bacaan melalui tulisan. Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam membaca, yaitu bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang berwujud bacaan (Lado dalam Nurhadi, 1987:222). Jadi, seseorang yang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai bahasa atau tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan mampu menangkap informasi atau isi bacaan tersebut.

Untuk dapat memahami isi suatu bahan bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman yang baik pula. Pemahaman merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman suatu bahan bacaan dapat meningkatkan ketrampilan membaca itu sendiri maupun untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan. Tujuan membaca adalah pemahaman bukan kecepatan (H.G. Tarigan, 1986:37).

Membaca pemahaman didefinisikan pula sebagai salah satu macam membaca yang bertujuan memahami isi bacaan (Sujanto dalam Nurhadi, 1987:222). Kemampuan membaca sangat kompleks dan bukan hanya kemampuan teknik membacanya saja tetapi juga kemampuan dalam pemahaman dan interpretasi isi bacaan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, secara sederhana dapat ditarik simpulan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca untuk memahami isi bacaan, baik yang tersurat maupun yang tersirat dari bahan bacaan tersebut.

5. Aspek-aspek Membaca Pemahaman

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Agar seseorang mampu mencapai suatu tingkat pemahaman, seharusnyalah ia mengalami proses yang cukup panjang. Oleh karenanya, kita perlu mengenal dan menguasai beberapa aspek dalam membaca pemahaman. Aspek-aspek dalam membaca pemahaman meliputi: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca), (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk), (d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Broughton [et al] dalam H.G. Tarigan, 1986:12).

Di dalam membaca pemahaman, si pembaca tidak hanya dituntut hanya sekadar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu menganalisis atau mengevaluasi dan mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.

6. Tujuan Membaca Pemahaman

Apabila kita melakukan sesuatu kegiatan, tentulah kita mampunyai tujuan tertentu yang hendak kita capai. Demikian halnya di dalam membaca pemahaman juga mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan etoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (H.G. Tarigan, 1986:36).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa tujuan membaca pemahaman mencakup beberapa hal. Jelasnya membaca pemahaman diperlukan bila kita ingin mempelajari dan memahami masalah yang kita baca sampai pada hal-hal yang sangat detail.

7. Tingkatan Membaca Pemahaman

Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam. Empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif (Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie dalam Hairuddin, dkk, 2008). Tingkat pemahaman tersebut adalah:

Pertama, pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe dalam Hairuddin, dkk, 2008).

Kedua, pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis.

Ketiga, pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks. Keempat, pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. Dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis (Hafni dalam Hairuddin, dkk, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menekankan pada membaca pemahaman dalam tingkatannya sebagai pemahaman literal yaitu pemahaman terhadap apa yang disampaikan dan disebutkan penulis di dalam bahan bacaan.

8. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman

Menurut McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, mengemukakan mengenai prinsip-prinsip membaca adalah: Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial, keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman, guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa, pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca, membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna, siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas, perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca, pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman, strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan, dan asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman (McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, 2008:3-4).

9. Langkah-langkah Membaca Pemahaman

Di dalam memahami bahan bacaan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pembaca. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membaca, yaitu: (1) menentukan tujuan membaca; (2) preview artinya membaca selayang pandang; (3) membaca secara keseluruhan isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat menemukan ide pokok yang tertuang dalam setiap paragrafnya; (4) mengemukakan kembali isi bacaan dengan menggunakan kalimat dan kata-kata sendiri (Suyatmi, 2000:45).

Adanya kemampuan membaca pemahaman yang tinggi diharapkan dapat menangkap ide-ide pokok yang terdapat dalam bahan bacaan, menemukan hubungan suatu ide pokok dengan ide pokok yang lain serta secara keseluruhannya, selanjutnya dapat menghubungkan apa yang dipahami dari bahan bacaan tersebut dengan ide-ide diluar bahan bacaan. Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa aktivitas seperti, mengamati, memahami ide, curahan jiwa, dan aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bahan bacaan.

C. Pengajaran Membaca

Kemampuan membaca adalah salah satu dari empat keterampilan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Kemampuan membaca akan berkembang dengan sangat baik jika disatukan dengan kegiatan menulis, menyimak, dan berbicara. Menurut Brown, berikut merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengajaran membaca.

1. Strategi bottom-up dan top-down processing

Pada strategi ini, poin awalnya adalah teks itu sendiri. Melalui strategi ini, pembelajar sedikit-sedikit membangun pemahaman sebuah interpretasi secara keseluruhan. Kata-kata dan struktur-struktur kalimat pada teks dipadukan menjadi satu kesatuan makna yang utuh. Hal ini berarti kata-kata dirangkai menjadi frase, frase-frase dirangkai menjadi kalimat-kalimat, sampai akhirnya kalimat-kalimat ini dipersatukan untuk membentuk suatu teks sempurna dan bermakna untuk dipahami. Dengan demikian, makna merupakan hasil terakhir yang diperoleh seorang pembelajar bahasa setelah ia membangun unit-unit kebahasaan dalam strategi bottom-up processing.

Berbanding terbalik dengan strategi sebelumnya, poin awal pada strategi top-dowm processing ini adalah pikiran pembaca. Brown (2001) mengatakan bahwa strategi ini membutuhkan kecerdasan dan pengalaman kita dalam memahami sebuah teks. Seorang pembelajar bahasa sebagai pembaca akan secara aktif membangun dan ‘memprediksi’ makna, menggunakan kata-kata atau sturuktur-struktur kalimat yang dibacanya sebagai petunjuk dalam strategi top-down processing. Hal ini berarti bahwa makna merupakan tahap pertama yang dicapai oleh seorang pembaca. Untuk mencapai makna, seorang pembelajar bahasa atau pembaca ini akan mengandalkan pengetahuan kognitifnya tentang konteks dan situasi kebahasaan, sampai akhirnya ia dapat ‘memprediksi’ dan menyimpulkan makna dari apa yang sebenarnya terdapat dalam teks.

Beberapa abad yang lalu, para ahli di bidang membaca menyatakan cara terbaik dalam pengajaran membaca adalah melalui metodologi bottom-up: mengajarkan simbol-simbol, silabel-silabel, pengenalan terhadap lexical, kemudian pemahaman. Banyak penelitian tentang pengajaran membaca baru-baru ini menyatakan bahwa perpaduan antara bottom-up dan top-down atau yang sekarang disebut interactive reading merupakan unsur utama dalam pengajaran membaca.

2. Teori Skema dan Latar Belakang Pengetahuan

Teori skema adalah teori yang menyatakan bahwa teks tidak membawa arti dengan sendirinya. Pembacalah yang membawa sendiri informasi, pengetahuan, emosi, pengalaman dan budaya untuk dapat memahami apa yang mereka baca. Mark Clark dan Sandra Silberstain(1977:136-37) dalam Brown menyatakan inti dari teori skema sebagai berikut:

Research has shown that reading is only incidentally visual. More information is contributed by the reader than by the print on the page. That is, readers understand what they read because they are able to take stimulus beyond its graphic representation and assign it membership to an appropriate group of concepts already stored in their memories….Skill in reading depends on the efficient interaction between linguistic knowledge and knowledge of the world.

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa esensi dari teori skema adalah informasi yang dimiliki oleh pembaca. Informasi tersebut sangat berpengaruh besar untuk memahami sebuah teks. Selanjutnya, teori skema memiliki dua macam skema yaitu: skema isi dan skema formal. Skema isi mengacu pada apa yang kita ketahui tentang manusia, dunia, budaya, dan semesta sedangkan skema formal mengacu pada pengetahuan tentang konteks atau situasi.

Peran Afektif dan Budaya

Faktor afektif memiliki peran yang sangat penting dalam kesuksesan pemerolehan bahasa kedua dan membaca merupakan subjek yang sangat erat kaitannya dengan ranah afektif. Kecintaan seseorang terhadap aktifitas membaca mendorong pembelajar berhasil mengasah kemampuan membacanya. Sama juga halnya dengan factor afektif, budaya pun memerankan peran penting dalam memotivasi orang untuk melek huruf.

Kekuatan dari extensive reading

Krashen (1993) dan Bamford (1998) dalam Brown menyatakan bahwa extensive reading adalah kunci bagi pembelajar untuk menggali kemampuan membaca, kompetensi linguistik, kosakata, pelafalan, dan penulisan. John Green dan Rebecca Oxford (1995) dalam Brown juga mengungkap bahwa membaca untuk kesenangan dan membaca tanpa mencari semua kata yang tidak dikenal, semuanya sangat berhubungan dengan segala hal yang berhubungan dengan kecakapan berbahasa. Berdasarkan hal itu, pengajaran membaca seharusnya memberi pertimbangan yang kuat terhadap pengajaran extensive reading.

Macam-Macam Bahasa Tulis

Teks tertulis lebih memiliki banyak variasi dibanding spoken text. Ada banyak tipe-tipe bahasa tulis, seperti memo, pengumuman, jurnal, fiksi, non-fiksi, dll. Masing-masing tipe memiliki cirinya masing-masing. Ketika, kita membaca teks dengan tipe tertentu, biasanya kita tahu tujuan apa yang ada dalam bacaan tersebut. Di sini, tugas pengajar adalah mengenalkan pembelajar tentang ciri-ciri dari masing-masing teks.

Mikroskills untuk Reading Comprehension

Dalam pengajaran bahasa kedua, ada 10 strategi yang dapat digunakan pada reading comprehension. Pertama, kenali tujuan membaca. Membaca yang efisien adalah membaca yang tahu akan tujuan membaca bacaan tersebut. Apa pun teknik pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran membaca, pastikan murid anda tahu apa tujuan dari membaca teks tersebut. Kedua, untuk pembelajar pemula, gunakan aturan dan pola tulisan. Pada pembelajar pemula, kesulitan yang timbul dalam pembelajaran membaca adalah menyingkronkan bahasa tutur dan bahasa tulis.

Berdasarkan hal itu penggunaan aturan dan pola tulisan pada pembelajar pemula sangat membantu sekali. Ketiga, untuk pembelajar menengah dan lanjut, gunakan teknik membaca diam. Beberapa aturan membaca diam yakni: Kita tidak perlu melafalkan tiap kata, Coba untuk memperhatikan lebih dari satu kata secara bersamaan, terutama frasa-frasa, Jangan terlalu memperhatikan kata-kata yang kiranya tidak terlalu penting dalam pembentukan pemahaman secara global dan coba untuk menduga makna dari konteks.

Keempat, Skim the text untuk mencari pikiran utama. Skimming adalah salah satu strategi membaca yang paling penting. Skimming seperti melihat secara sekilas keseluruhan teks untuk mencari initi dari teks. Gunanya untuk mempredeksi tujuan yang ada dalam teks, pikiran utama, atau pesan, dan pikiran penjelas. Kita dapat melatih murid untuk melakukan skimming teks dengan cara meminta murid-murid untuk memperhatikan teks tersebut selama 30 detik. Kemudian, minta mereka untuk menutup teks tersebut, dan kemudian menceritakan kepada kita apa yang telah mereka pelajari. Kelima, Scanning the text untuk mencari informasi yang spesifik. Scanning lebih kepada mencari bagian-bagian khusus atau bagian-bagian yang ada pada teks. Tujuan dari scanning adalah untuk menggali informasi khusus tanpa harus membaca keseluruhan teks.

Keenam, Gunakan pemetaan semantic atau pengelompokkan. Hal ini berguna untuk membantu pembaca mengurutkan poin-poin yang ada dalam teks.Ketujuh, Mencoba menebak meskipun anda tidak yakin. Pembaca dapat menebak makna kata, hubungan konteks, makna tersirat, referensi budaya, dll pada sebuah teks tertentu. Tebakan akurat adalah hasil yang diharapkan. Untuk membantu murid-murid kita menebak secara akurat, kita harus mendorong mereka menggunakan compensation strategies. Strategi ini adalah strategi dimana murid mengembangkan atau mengoptimalkan kemampuan mereka apapun petunjuk yang telah kita berikan.

Kedelapan, Menganalisa kosakata. Dalam Bahasa Inggris, ada banyak cara yang dapat digunakan untuk menganalisa kosakata yakni: Melihat awalan pada kata, melihat akhiran pada kata, melihat kata dasarnya, melihat konteks gramatikalnya, dan melihat konteks semantik atau topik. Kesembilan, Membedakan makna harfiah dan makna tersirat dan kesepuluh, pahami penanda konteks dan hubungannya.

Dalam pengajaran bahasa Inggris, ada 6 macam tipe penanda konteks yakni: Pertama, Enumerative, mengenal urutan-urutan, atau urutan waktu. Penandanya adalah first(ly), second(ly), next, then, finally, in the end, to conclude, etc. Kedua, Additive: yakni: Reinforcing, mengenal konfirmasi atau penguatan. Penandanya adalah moreover, in addition, also, then again; Similarity, mengenal pernyataan persamaan. Penandanya adalah similarly, equally, likewise, in the same way, correspondingly; dan Trasition, mengenalkan tahapan baru dalam urutan penyajian informasi. Penandanya, now, well, incidentally, by the way, OK.

Ketiga, Logical sequence yakni: Summative, mengenal ringkasan pada kejadian yang tengah berlangsung. Penandanya, so, so far, altogether, overall, thus, therefore, in short, to sum up, to conclude, to summarize; dan Resultative, mengenal ekspresi dari hasil atau akibat. Penandanya, so, as a result, hence, therefore, thus, in consequence, as a consequence. Keempat, Explicative, mengenalkan sebuah penjelasan atau pengulangan rumusan. Penandanya, namely, in other words, that is to say, better, rather, we mean; Kelima, Illustrative, mengenalkan ilustrasi atau contoh. Penandanya adalah for example, for instance;

Keenam, Contrastive meliputi: Replacive, mengenal pilihan. Penandanya, alternatively, (or) again, (or) rather, (but) then, on the other hand; Antithetic, mengenal informasi yang bertentangan. Penandanya, on the contrary, by contrast, on the other hand; dan Concessive, mengenal informasi yang tidak diduga-duga atau tidak disangka-sangka. Penandanya, in spite of (that), anyway, anyhow, however, nevertheless, nonetheless, still, for all that, etc.
(a) Tipe-tipe pelaksanaan kelas membaca
Dalam buku Brown, berikut gambar tipe-tipe pelaksanaan kelas membaca.
Membaca nyaring dan membaca diam
Kadang-kadang sebagai guru, kamu memiliki alasan memyuruh murid untuk membaca nyaring. Yang pertama untuk mengevaluasi kemampuan bottom-up. Yang kedua, untuk mengecek pelafalan. Yang terakhir, untuk melihat partisipasi murid jika ada bagian dalam teks yang kamu anggap penting.

Membaca intensif dan membaca ektensif
Seperti yang dapat dilihat di bagan, membaca diam merupakan sub-kategori dari membaca intensif dan ekstensif. Membaca intensif lebih fokus pada detil-detil kebahasaan yang terdapat pada teks, misal struktur kata atau kalimat yang digunakan pada teks tersebut. Tujuannya adalah untuk memahami makna harfiah yang terdapat pada teks tersebut. Sedangkan membaca ekstensif fokus pada pemahaman keseluruhan.

D. Kesimpulan

Pembelajaran membaca merupakan salah satu keterampilan yang penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dengan pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar serta kreativitas anak didik. Kemampuan membaca juga selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal ini yang menunjukan bahwa pentingnya penguasaan seorang guru terhadap kemampuan memilih metode dalam pembelajaran membaca bahasa Inggris. Sehingga anak didik mempunyai motivasi yang besar dalam kegiatan memba.

Referensi
  • Brown, H. Douglas. (2001). Teaching by principles: An interactive approach to language pedagogy. New York: Longman.
  • Hairuddin, dkk. (2008). Bahan ajar cetak pembelajaran bahasa indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
  • Nurhadi. (1987). Membaca cepat dan efektif. Bandung: CV. Sinar Baru.
  • Rahim, Farida. (2007). Pengajaran membaca di sekolah dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
  • St. Y. Slamet. (2008). Dasar-dasar keterampilan berbahasa indonesia. Surakarta: UNS Press
  • Suyatmi. (2000). Membaca 1. Surakarta: UNS Press.
  • Tarigan, Henry Guntur, (1986). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *