Pembelajaran yang berorientasi pada siswa juga dapat diartikan proses kegiatan mengajar yang berpihak pada siswa.
Pencapaian siswa dalam mencapai kompetensi adalah tujuan, bukan hanya sekedar menuntaskan pembelajaran.
Seorang pendidik haru tahu betul bahwa siswa memiliki potensi yang berbeda, tidak satu antara satu dengan lainnya.
Anggapan semau siswa adalah sama adalah perkara kuno dan tidak relevan dengan kemajuan zaman.
Analogi sebagaimana gambar dibawah ini bisa saja masih terjadi.
Setiap anak itu unik, jadi tidak tepat menguji ikan agar bisa memanjat pohon.
Begitu pula siswa, maka tidak tepat apabila siswa dengan potensi yang berbeda mendapat ujian (assesment) yang sama.
Jika sistem ujian atau pun proses pendidikan sebagaimana gambar di atas masih terjadi maka ada 2 kemungkinan yang akan dikenang siswa.
1. Siswa benci dengan pembelajaran, bahkan dengan gurunya.
Dicontohkan seorang siswa yang tidak gemar olah raga, namun dipaksa untuk melakukan oleh raga tertentu pada pelajaran PJOK.
Bisa juga olah raga yang dilakukan pada pelajaran PJOK hanya itu-itu saja.
Siswa dengan kondisi diatas akan merasa malas, benci, sebal, dan lain sebagainya mengikuti olah raga, karena dia merasa tidak bisa.
2. Kemungkinan ada siswa senang
Siswa yang gemar olah raga tentu saja akan antusias dan menikmati pelajaran PJOK, karena dirinya merasa menguasainya.
Kondisi pembelajaran di atas tentu saja tidak ideal, melainkan harus mendapatkan perhatian.
Setiap anak (siswa) lahir dengan fitrah (potensi) masing-masing yang berbeda satu sama lain perlu diperhatikan betul oleh seorang pendidik.
Metode pembelajaran terhadap tipe cara belajar yang berbeda
Setelah dilakukan assesment diagnostik, maka akan diketahui beberapa tipe siswa.
Sebagai contoh didapatkan tipe siswa sebagai berikut
– Siswa tipe belajar audio visual 60 persen
– Siswa tipe belajar kinestetik 35 persen
– Siswa tipe belajar auditori 5 persen
Berdasarkan tipe belajar yang berbeda-beda tersebut, bagaimana cara megajarnya jika berada pada kondisi berikut:
– Siswa tidak memiliki HP
– Tidak tersedia komputer
– Tersedia perpustakaan dengan jumlah buku memadai
Metode pembelajaran yang dapat dilakukan dengan materi pembelajaran “sistem pencernaan” pada mata pelajaran biologi yaitu:
1. Pendahuluan
Guru masuk kelas lalu memberi salam
Guru melakukan presensi (mengisi jurnal yang memuat materi pelajaran yang akan diajarkan dan memiriksa kehadiran siswa)
Guru melakukan ice breaking (yel-yel) sebagai bentuk kondisian siswa. Ice breaking juga dapat dilakukan siswa atas permintaan guru
Guru mengulas materi pembelajaran sebelumnya
Guru memberikan pertanyaan pemantik yang berkenaan dengan materi yang akan diajarkan. Lalu dilanjutkan mengenai materi yang akan disampaikan.
Contoh: sudahkah makan? sarapan apa hari ini? makan apa tadi pagi? dan lain sebagainya.
Diterangkan kepada siswa kalau dalam saat manusia memakan sesuatu, itu merupakan bagian dari sistem pencernaan.
2. Inti
Langkah pembelajaran kurikulum K13
Sebagai langkah mengatasi keterbatasan media sekaligus dapat mengakomodir tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut, maka uraian pembelajaran dalam kurikulum K13 dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
Guru menyiapkan gambar atau manekin anatomi tubuh manusia untuk mengakomodir siswa tipe audio visual
Dijelaskan mengenai bagaimana proses penceranaan dan organ-organ penceranaan.
Penjelasan dapat dilakukan dengan peragaan untuk mengakomodir siswa dengan tipe belajar kinestetik.
Penjelasan dari guru otomatis akan mengakomodir siswa dengan gaya belajar audiotori.
Langkah pembelajaran kurikulum merdeka
Uraian pembelajaran di kurikulum merdeka dapat dilakukan dilakukan dengan melakukan proses pembelajaran berdiferensial.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tipe belajarnya.
Kelompok siswa audio visual dapat mengamati gambar atau manekin sistem penceranaan.
Kelompok siswa kinestetik dapat membuat tari atau gerakan bagaimana proses pencernaan berlangsung.
Kelompok siswa auditori dapat membuat lagu tentang proses penceranaan.
Masing-masing kelompok dapat mempresentasikan atau mengumpulkan portofolio hasil kerja kelompoknya.
Penutup
– Guru melakukan refeleksi terkait sistem penceranaan.
Siswa dapat bersama-sama bernyanyi misal “naik-naik ke puncak gunung” sembari penghapus dipindah-pindahkan secara berurutan antar siswa.
Siswa yang mendapatkan penghapus tersebut di akhir lagu maka diminta untuk menyampaikan apa yang diketahui dari pembelajaran proses penceranaan.
– Guru memberikan apresiasi kepada siswa atas refleksi yang disampaikan
– Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan pada pertemuan selanjutnya
– Guru memberikan lembar penilaian antar teman
– Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan permintaan maaf dan salam
Pembelajaran yang berorientasi dapat diwujudkan dengan menilai siswa berdasarkan potensi (karaternya masing-masing)
Tidak adil rasanya mengajarkan ikan didalam aqurium memanjat pohon.
Ikan ditakdirkan mahir berenang, bukan memanjat pohon.