Istilah kata serapan digunakan oleh Sudarno (1990), ada juga istilah loans words atau kata-kata pinjaman yang disebutkan oleh Jones. Istilah kata serapan atau kata pinjaman tersebut digunakan untuk menyebut kosakata suatu bahasa yang bukan merupakan kosakata asli.
Menurut Moeliono (1989: 33-34) ada beberapa faktor yang melatarbelakangi praktik pemungutan kata, yaitu:
- Kehematan
- Kejarangan bentuk
- Keperluan akan kata yang searti
- Perasaan seorang dwibahasawan bahwa pembedaan arti dalam bahasanya sendiri tidak cukup cermat
- Dorongan gengsi yang lekat pada pemahaman bahasa asing
- Kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia
Suatu kata pinjaman dapat diterima ke dalam kosakata suatu bahasa didasarkan pada beberapa bentuk, yaitu:
1. Xénisme
Xénisme: penggunaan kata asing yang tetap memiliki bentuk dan makna yang sama dengan kata dalam bahasa aslinya. Contoh kata dalam bidang mode, haute couture.
2. Perubahan fonologis
Perubahan fonologis: kata serapan yang sudah masuk menjadi kosakata suatu bahasa kemungkinan mengalami perubahan fonologis, disesuaikan dengan pelafalan bahasa peminjamnya.
3. Perubahan morfo-sintaksis
Perubahan morfo-sintaksis: contoh perubahan ini yaitu adanya penggantian atau penambahan sufiks tertentu seperti sprint > sprinter.
Bahasa Indonesia sendiri dipengaruhi oleh bahasa-bahasa di sekitarnya. Pengaruh itu meliputi perbendaharaan kata maupun imbuhan, baik yang berasal dari bahasa daerah ataupun bahasa asing. Berikut contoh-contohnya:
1. Pengaruh perbendaharaan kata
– Bahasa Jawa: lowongan, beres, pamong praja, sewenang-wenang
– Bahasa Sunda: camat, anjangsana, mendingan
– Bahasa Sansekerta: perdana, agama, bijaksana, sengsara
– Bahasa Tionghoa: lonceng, sampan, bakpau
– Bahasa Inggris: badminton, raket, kiper, parlemen
– dan lain-lain
– Bahasa Sunda: camat, anjangsana, mendingan
– Bahasa Sansekerta: perdana, agama, bijaksana, sengsara
– Bahasa Tionghoa: lonceng, sampan, bakpau
– Bahasa Inggris: badminton, raket, kiper, parlemen
– dan lain-lain
2. Pengaruh imbuhan (awalan dan akhiran)
1) a-, an-, ab-, in-, i-, im-, de-,non- : tidak, contohnya asusila, anorganik, abnormal, infinit, irasional
2) swa-: sendiri, contohnya swadaya, swakarya, swasembada
3) re- : kembali, contohnya reformasi, regenerasi
4) pra- : sebelum, contohnya prakata, prabakti, prasejarah
5) -i, -wi : bersifat, contohnya alami, falsafi, duniawi
6) –wan, -wati, -or, -om, -og, -us, -en, -an, -si: orangnya, contohnya bangsawan, negarawan, wartawan
7) –isasi: peristiwa, contohnya nasionalisasi, modernisasi
8) –isme: aliran, contohnya dinamisme, animisme, nasionalisme
9) –if, -ah, -tis: sifat, contohnya agresif, jasmaniah, agoistis
10) dan lain-lain
2) swa-: sendiri, contohnya swadaya, swakarya, swasembada
3) re- : kembali, contohnya reformasi, regenerasi
4) pra- : sebelum, contohnya prakata, prabakti, prasejarah
5) -i, -wi : bersifat, contohnya alami, falsafi, duniawi
6) –wan, -wati, -or, -om, -og, -us, -en, -an, -si: orangnya, contohnya bangsawan, negarawan, wartawan
7) –isasi: peristiwa, contohnya nasionalisasi, modernisasi
8) –isme: aliran, contohnya dinamisme, animisme, nasionalisme
9) –if, -ah, -tis: sifat, contohnya agresif, jasmaniah, agoistis
10) dan lain-lain
Baca: Bagaimana Menentukan Padanan Istilah dan Ungkapan Asing
Referensi
- Budiman, Sumiati. 1987. Sari Tata Bahasa Indonesia. Klaten: PT. Intan Pariwara.
- Mellyna, Katarina. 2011. Kata Serapan dan Kata Non-Serapan dalam “Orang Asing dan Sang Pemberontak”: Sebuah Kajian Semantis. Universitas Indonesia. Diakses dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20316254-S42391-Kata%20serapan.pdf
- Musfiroh, Tadkiroatun. Perbedaan Makna Kata-Kata Bahasa Indonesia Serapan Bahasa Arab dari Makna Sumbernya. FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses dari: https://core.ac.uk/download/pdf/11062901.pdf