Tipologi di sini adalah pembicaraan dan pembahasan tentang perihal tipe bahasa. Tipe bahasa diartikan secara mudah sebagai corak khusus suatu bahasa. Pembicaan mengenai corak khusus suatu bahasa sudah barang tentu tidak akan lepas dari masalah pengelompokan. Oleh sebab itu, pembahasan mengenai tipologi bahasa sekaligus akan menyangkut pula klasifikasi bahasa atau pengelompokan bahasa.
Kita menenal tiga jenis tipologi bahasa, yakni: tipologi genealogis, tipologi geografis atau tipologi areal, dan tipologi struktural.
A. Tipologi Genealogis
Tipologi ini sering juga disebut tipologi genetis. Kriteria tipologi ini adalah garis keturunan. Dalam hal ini bahasa diperlukan sama dengan manusia yang memiliki garis keturunan. Secara teori dibayangkan bahwa bahasa berasal satu induk yang kemudian menurunkan beberapa rumpun, dan selanjutnya rumpun-rumpun ini menurunkan beberapa bahasa dan dialek-dialek. Menurut teori, semua bahasa akan tercakup di dalam pengelompokan ini, tidak ada yang tersisa. Akan tetapi kenyataannya teramat banyak bahasa yang belum dapat terkelompokan. Kemungkinan besar pada saat dilakukan rekonstruksi bahasa-bahasa tersebut belum terdaftar di dalam perbendaharaan peneliti. kemungkinan lain dapat terjadi karena kenyataan bahasa-bahasa tersebut tidak sesuai dengan teori yang mereka reka-reka itu. Akhirnya tidak mengherankan apabila kemudian ada kelompok yang dinamakan kelompok independen.
B. Tipologi Geografis
Tipologi ini disebut juga tipologi areal. Kriteria yang dipergunakan adalah lokasi geografis atau areal (Comrie, 1981: 197) dalam Soeparno (2003: 25). Setiap daerah/lokasi geografis mewarnai corak pemakaian bahasanya. Bahasa Melayu yang dipergunakan di wilayah Jakarta berbeda coraknya dengan bahasa Melayu yang dipakai di wilayah Minang, Riau, Banjar, Ambon, Makassar, Irian, Larantuka, Manado, dan sebagainya. Dengan demikian terdapat berbagai macam corak bahasa melayu: yakni, bahasa Melayu Jakarta, bahasa Melayu Riau, bahasa Melayu Banjar, bahasa Melayu Ambon, bahasa Melayu Makassar, bahasa Melayu Irian, bahasa Melayu Larantuka, bahasa Melayu Menado, dan sebagainya.perbedaan corak tersebut semata-mata pengaruh faktor geografis/regional.
Pengelompokan terhadap bahasa-bahasa Nusantara yang dilakukan oleh S.J. Esser seperti yang tertera di bawah ini (dalam Soeparno, 2003: 25). dapat juga digolongakn pengelompokan berdasarkan tipologi regional.
Pengelompokan Esser 1938:
- Kelompokan Sumatra
- Kelompok Jawa
- Kelompok dayak Kalimantan
- Kelompok Bali-sasak
- Kelompok Sulawesi Utara
- Kelompok Gorontalo
- Kelompok Tomini
- Kelompok Toraja
- Kelompok Loinang-Banggai
- Kelompok Bungku-Laki
- Kelompok Sulawesi Selatan
- Kelompok Muna-Butung
- Kelompok Bima-sumba
- Kelompok Ambon-Timor
- Kelompok sula-Bacan
- Kelompok Halmahera Selatan dan Iran
- Kelompok Melanesia
C. Tipologi Struktural
Tipologi ini menggunakan kriteria struktur bahasa yang meliputi struktur morfologis, struktur morfosintaksis, struktur fraseologis, maupun struktur klausal.
1. Tipologi Struktur Morfologis
Berdasarkan perbedaan struktur morfologis terdapat adanya empat macam tipe bahasa, yakni; aglutinatif, fleksi, flekso-aglutinatif, dan isolatif.
a. Tipe Aglutinatif
Bahasa yang bertipe aglutinatif struktur katanya terbentuk oleh penggabungan unsur pokok dan unsur tambahan, unsure pokok dan unsur pokok, atau pun pengulangan unsure pokok. Jadi, prosede morfologis pada bahasa yang bertipe ini ada tiga macam, yakni: afiksasi, pemajemukan, dan pengulangan.
Bahasa-bahasa yang tergolong tipe ini antara lain: bahasa Jawa, bahasa Melayu, bahasa Gorontalo, bahasa Sunda, bahasa Dayak, bahasa Makassar, bahasa Malagasi, bahasa Tagalok, bahasa bisaya, bahasa Hova, bahasa-bahasa Austronesia pada umumnya.
b. Tipe Fleksi
Bahasa yang bertipe fleksi struktur katanya terbentuk oleh perubahan bentuk kata. Ada dua macam perubahan bentuk kata dalam bahasa yang bertipe ini, yakni; deklinasi dan konjugasi.deklinasi adalah perubahan bentukkata yang disebabkan oleh perubahan jenis, jumlah, dan kasus. Sedangkan konjugasi adalah perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perbedaan persona, jumlah, dank ala. Bahasa-bahasa yang secara muni bertipe fleksi adalah bahasa Arab, bahasa Sansekerta, dan bahasa Latin.
c. Tipe Flekso-Aglutinatif
Tipe ini merupakan rangkuman dua tipe, yakni; tipe fleksi dan tipe aglutinatif. Bahasa yang bertipe ini sebagian prosede morfologisnya mengikuti corak bahasa fleksi dan sebagian lagi mengikuti corak bahasa yang bertipe aglutinatif. Salah satu bahasa yang sangat tampak nyata bertipe flekso-aglutinatif adalah Inggris.
Pada bentuknya jamak dank ala lampau di bawah ini mengikuti corak bahasa aglutinatif
Pembentuk jamak:
- Book + -s → books
- Horse + -s → horses
Pembentukan kala lampau:
- Walk + -ed → walked
- work + -ed → worked
Pada pembentukan kata lampau dan kata benda di bawah ini mengikuti corak bahasa yang bertipe fleksi.
Pembentukan kata lampau:
- Sleep → slept
- Write → wrote
Pembentukan kata benda:
- Young → youth
- deep → depth
- long → length
d. Tipe Isolasi
Bahasa yang bertipe isolasi tidak mengalami prosede morfologis atau dengan kata lain tidak ada pembentukan kata. semua kata tidak perna mengalami perubahan dan penambahan bentuk secara segmental. Unsur distingtif yang banyak dijumpai di sini adalah perubahan atau perbedaan nada. Oleh sebab itu, tipe bahasa ini serin juga disebut bahasa Tonis.
Bahasa-bahasa yang tergolong dalam kelompok tipe ini antara laini bahasa Vietnam dan kelompok bahasa-bahasa China seperti Mandarin, Kiangsi, Shanghai, Ningpo, Hongkow, Kantong, Hakka, Foochow, dan sebagainya.
2. Tipologi Struktur Morfosintaksis
Berdasarkan struktur morfosintaksisnya, kita mengenal tiga macam bahasa, yakni; tipe bahasa analitik, tipe bahasa sintetik, dan tipe bahasa polisinteik.
a. Tipe Bahasa Analitik
Pada bahasa yang bertipe analitik ini setiap kata memiliki satu konsep, dan tidak terdiri dari gabungan konsep. Atau bahasa yang bertipe analitik adalah bahasa yang strukturnya terdiri atas unsure-unsur lepas. Bahasa-bahasa yang tergolong tipe ini antara lain bahasa China, bahasa Vietnam, bahasa Indonesia, bahasa jawa, bahasa Sunda, bahasa Malagasi, bahasa Bisaya, bahasa Tagalog, bahasa Bugis, bahasa Batak, bahasa Gorontalo, bahasa Banjar, bahasa Dayak, dan sebagainya.
b. Tipe Bahasa Sintetik
Bahasa yang bertipe sintetik memiliki cirri bahwa satu bentuk bahasa (katakana satu bentuk kata) telah mengandung konsep mana sintaksis dan sekaligus juga sudah merupakan hubungan sintaksis. bahasa-bahasa yang tergolong dalam tipe ini antara lain bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Latin, bahasa Biak.
c. Tipe Bahasa Polisintetik
Bahasa yang bertipe polisintetik ini citranya hampir sama dengan bahasa yang bertipe sintetik hanya lebih kompleks. Suatu bentuk kata tertentu tidak hanya sekedar rangkaian klausa sederhana atau akhir klausa, akan tetapi merupakan suatu kalimat. bahasa-bahasa yang tergolong dalam tipe ini antara lain bahasa Eskimo dan kelompok-kelompok bahasa Indian di Amarika Utara.
d. Tipe Bahasa Fraseologis
Berdasarkan perbedaan frasanya, kta mengenal dua macam tipe bahasa yaitu bahasa yang bertipe senter atribut dan bahasa bertipe atribut-senter, atau secara tradisional dapat juga disebut bahasa bertipe diterangkan-menerangkan (D-M0 dan bahasa yang bertipe menerangkan diterangkan (M-D). Bahasa yang bertipe senter-atribut (S-A) struktur frasanya senter (head, axis) terletak atau berada di depan atribut. Sedangkan bahasa yang bertipe atribut-senter (A-S) struktur frasanya atribut terletak di depan senter. Yang tergolong bahasa bertipe senter atribut antara lain bahasa Arab, bahasa Melatu, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahaa Madura, bahasa Batak, bahasa Bugis, bahasa Malagis, bahasa Formosa, bahasa Dayak, dan sebagainya.Sedangkan tergolong bahasa bertipe atribut-senter antara lain bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Prancis, bahasa Portugis, bahasa Spanyol, bahasa italia, bahasa swedia, dan sebagainya.
e. Tipe Struktur bahasa Klausa
berdasarkan struktur klausanya, kita mengenal dua macam bahasa, yakni bahasa yang bertipe V-O (verb-object) dan bahasa yang bertipe O-V (object-verb). oleh karena verb berfungsi sebagai predikat, maka setiap bahasa O-V sering disebut dengan O-P (objek-predikat) dan bahasa yang bertipe V-O sering disebut P-O (predikat-objek). Struktur bahsa yang bertipe O-V predikatnya berada di belakang objek, sedangkan bahasa yang bertipe V-O objeknya berada dibelakang verb. Susunan V-O sejajar dengan tipe susunan head-adjuctoperand-operator, sedangkan susunan O-V sejajar dengan tipe susunan adjunst/head/operator-operand (Comrie, 1981: 204) dalam Soeparno (2003:32).
Yang tergolong bahasa V-O ini antara lain bahasa Jawa, bahasa Malaya, bahasa Sunda, bahasa Biak, bahasa Bugis, bahasa Batak, bahasa Aceh, bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Indonesia, dan lain sebagainya. Adapun yang tergolong O-V antara lain bahasa Sansekerta, bahasa Neval, dan bahasa Magar.
Contoh bahasa V-O (Bahasa Biak):
- Rebeka (S) isun (V) Kruben (O) “Rebeka memakai kain”
- Simon (S) iwasa (V) refo (O) “Simon membaca kitab/buku”
Contoh bahasa O-V (Bahasa Sansekerta):
- Putrah (S) jalam (O) pibati (V) “Anak lelaki minum air”
- Narah (S) phalam (O) disyati (V) “Orang menunjuk buah”
Referensi
Soeparno. (2003). Dasa-dasar linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.