Istilah Linguistik dalam Penerjemahan

Posted on
Linguistik tidak terpisahkan dari penerjemahan sehingga kita harus tahu hububungan linguistik dengan penerjemahan. Karena memang penerjemahan salah satu produk turunan dari lingustik. Berikut ini sejumlah istilah linguistik yang berkaitan dengan penerjemahan.

1. Anafora adalah pengualangan bunyi, kata, atau sturktur sintaksis pada larik – larik atau kalimat – kalimat yang berturutan untuk memperoleh efek tertentu. Atau bisa didefinisikan sebagai hal atau fungsi merujuk kembali pada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam wacana yang disebut antecedent dengan subtitiusi. Anafora adalah fenomena pengulangan suatu entitas (antecedent) oleh penutur (anaphor) yang menunjukkan kembali kepada entitas itu.
Merujuk pada setelahnya
Contoh: Pak Karta rumahnya terbakar, kata Nya menunjuk kepada pak karta
2. Katafora: pengacauan pada sesuatu yang disebut dibelakang. Katafora merupakan kebaikan dari anofora. Merujuk pada sebelumnya
Contoh: pada katanya yang khas, ia mulai bicara. Kata Nya mangacu pada Ia
3. Semantik: Ilmu tentang makna kata dan kalimat. Pengetahuan mengenai seluk beluk pergeseran artika ata. Dengan kata lain bagian strutkru bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. 
4. Komunikatif: Keadaan saling berhubungan (mudah dihubungi) mudah dipahami atau dimengerti atau pesan dapat diterima dengan

5. Konotasi adalah makna kultural atau emosional yang bersifat subjektif dan melekat pada suatu kata atau frase yang bersifat subjectif
6. Denotasi adalah bila kata itu mengacu atau menunjuk pengertian atau makna yang sebenarnya. Denotatif juga disebut sebagai makna eksplisit dan harfiah dari suatu kata atau frase yang bersifat objektif.

7. Rema dan rema merupakan sturtur tematik dalam bahasa teks. Rema dan tema juga berfungsi untuk menautkan pesan dalam klausa. Bisa juga disebut sebagai makna tekstual dari suatu pembicaraan
8. Tema adalah titik awal dari satu pesan yang terealisasi dalam klausa. Tema dinyatakan dengan unsur pertama klausa. Unsur klausa sesudah tema disebut rema (Saragih, 2007:8). Tema dari segi bentuknya dapat berupa partisipan, proses ataupun sirkumstan berbentuk kata, frase maupun kalimat. Jika hanya ada satu unsurdalam klausa yang berpotensi menjadi tema maka unsur tersebut disebut tema sederhana dan dilabeli dengan nama ‚tema’, sedangkan jika di dalam sebuah klausa terdapat lebih dari satu unsur yang berpotensi menjadi tema maka dikatakan tema tersebut sebagai tema kompleks. Tema: Tema lazimnya berwujud Nomina, Frase Nominal atau Pronomina.

Menurut Saragih (2006: 112-114) tema kompleks merupakan “komponen metafungsi terhadap tema“ sebagai berikut.
  1. Tema tekstual; klausa sebagai pesan (message) – penerus atau konjungtif menghubungkan klausa dengan klausa sebelumnya di dalam teks
  2. Tema antarpersona; klausa sebagai pertukaran (exchange) – modal aspek mengindikasikan peran perpindahan dalam pertukaran.
  3. Tema topikal; klausa sebagai representasi (representation) – unsur representasi (partisipan, sirkumstan atau proses).
9. Rema adalah menjelaskan tentang kalimat langsung’, yang merupakan bagian dari pesan yang dikembangkan oleh tema. Rema juga dikatakan apa yang dikatakan tentang tema, biasanya dalam bentuk predikat.
10. Maxim Grace: Maxim merupakan prinsip kerja sama  (coorporate principle) dalam komunikasi. Wacana yang wajar dapat terjadi apabila antara penutur dan petutur patuh pada prinsip kerja sama komunikasi. Sehingga maxim sebagai cara untuk menjelaskan hubungan antara ucapan dan apa yang dipahami dari pendengar.

Maxim grace (conversational maxim) dibagi menjadi 4

Maksim kuantitas (maxim of quantity),

Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relative memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan yang mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur
Contoh:
  • Lihat itu Muhammad Ali mau bertanding lagi!
  • Lihat itu Muhammad Ali yang mantan petinju kelas berat itu mau bertanding lagi!

Maksim kualitas (maxim of quality)

Dengan maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Tuturan (8) dan tuturan (9) pada bagian berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan ini.
Contoh:
  • Silakan menyontek saja biar nanti saya mudah menilainya!
  • Jangan menyontek, nilainya bias E nanti!

Maksim relevansi ( maxim of relevance)

Di dalam maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama. 

Contoh:
  • Sang Hyang Tunggal : “Namun sebelum kau pergi, letakkanlah kata-kataku ini   dalam hati!”
  • Semar : “Hamba bersedia, ya Dewa.”

Maksim pelaksanaan  (maxim of manner).

Maksim pelaksanaan ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung, jelas dan tidak kabur. Orang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar Prinsip Kerja Sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan.
Contoh
  • Ayo, cepat dibuka!
  • Sebentar dulu, masih dingin.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *