Suatu teks baik lisan maupun tulis dapat dikatakan sebagai wacana jika memenuhi syarat – syaratnya. Pengertian wacana dan syarat wacana terkait dengan kohesi dan koherensi ciri – ciri lain yakni (1) topik, (2) tuturan pengungkap topik, (3) tujuan (fungsi), (4) keteraturan, dan (5) konteks dan ko-teks. Selain itu, kohensi, koherensi, dan referensi juga memiliki fungsi dalam suatu teks.
1. Kohesi
Kohesi merupakan kesesuaian dan ketersambungan bentuk suatu teks dari sisi sintaktis (Mulayana, 2005: 26). Suatu wacana harusnya memiliki kohesi secara leksikal antara teks maupun konsep yang melingkupinya. Kohesi dibagi menjadi dua yakni kohesi gramtikal (referensi,subtitusi, elipsis, konjungsi) dan kohesi leksial (sinonim, repetisi, kolokasi). Secara fisik kohesi suatu teks dapat terlihat dengan jelas.
Selain sebagai ciri suatu wacan, kohesi juga memiliki fungsi yakni sebagai penanda untuk memadukan kalimat dan pargraf. Menurut Scrifin (1987) penanda tersebut antara lain yaitu: sebagai penanda dalam memadukan kaimat dan paragraf, penanda penunjukan, kata frasa yang menunjuk kata lain, penanda hubungan pengganti, kata pengganti, dan konjungsi, elipsis atau elipsis, penghilangan tapi masih mengetahui, Penanda perangkaian dalam satu kaliimat, sebaliknya, selanjutnya, dan penanda hubungan leksikal, repetisi, homonim sinonim.
2. Koherensi
Kohensi merupakan pertalian makna antara bagian teks yang satu dengan yang lainya (Brown and Yule). Walau secara leksikal tidak berhubungan akan tetapi secara makna dapat terhubung maka disebut sebagai koherensi. Akan tetapi jika tidak terdapat berbedaan makna maka suatu teks tidak memiliki koherensi.
Koherensi berfungsi menghubungkan ujaran dalam makna saling melangkapi dan saling berkesinambungan. Oleh sebab itu dengan adanya koherensi kalimat terbentuk secara logis dan bermakna secara utuh.
3. Referensi
Referensi merupakan keterkaitan suatu teks dengan manusia atua benda. Referensi juga merupakan bagian dari kohesi. Jadi referensi sudah pasti kohesi, akan tetapi kohesi belum tentu referensi. Berdasarkan acuanya referensi dibagi dua yaitu eksofora dan endofora.
Referensi eksofora yakni pertalian berdasarkan konteks situasi. Eksofora dibagi dua yakni anafora dan katafora. Anafora merujuk pada teks sebelumnya, sedangkan katafora mengacu pada teks setelahnya. Contoh anafora: “hati Irawan berbunga – bunga, dia yakin lamaranya diterima”. Kata “dia” mengaku ke “Irawan”. Contoh katafora: “saat mereka datang, adik – adik berjabat dengan inspirator satu persatu”. Kata “mereka” berkatafora dengan “inspirator”. Refensi bukan hanya hanya dalam bentuk kata ganti orang (nomina) tapi dapat berupa subtitusi yang lainyal.
Baca: Penerapan Kohesi, Koherensi dan Referensi dalam Kajian wacana
Referensi berfungsi sebagai unsur penunjuk atau ditunjuk dalam satuan gramatikal atau ligual yang menjadikan kalimat berstruktur (Sumarlam, 2003). Penunjukan ini berupa kata atau frasa yagn menunjuk pada kata atau frasa lain. Baik yang penunjuk atau ditunjuk harus mengacu pada referen yang sama.
Referensi
- Brown, G. dan Yule, G. (1988). Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
- Schiffrin, Deborah. 1987. Approaches to Discourse. Massachusetts: Blackwell Publishers.
- Sumarlam. (2003). Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka Cakra.