Analisis wacana terkaitan erat dengan disiplin ilmu linguistik. Discoruse mengkaji penggunaan suatu bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari linguistik. Salah satu kajian analisis wacana yakni dalam bidang linguistik perlu memahami bentuk dan fungsi linguistik. Bentuk dan fungsi linguistik wacana merupakan payung utama pada penerpan kajian wacana linguistik. Bentuk linguistik merupakan wujud wacana yang selanjutnya akan dianalisis, selain itu setiap wujud wacana tersebut memiliki fungsi yakni fungsi transaksional dan interkasional.
A. Fungsi bahasa
Analisis wacana adalah hal yang penting, yaitu analisis bahasa yang digunakan. Hal ini tidak dapat dibatasi pada deskripsi bentuk linguistik independen dari tujuan atau fungsi yang bentuknya dirancang untuk melayani urusan kemanusiaan. Sementara beberapa ahli bahasa dapat berkonsentrasi pada penentuan sifat formal bahasa, para analis wacana berkomitmen untuk melakukan investigasi dari apa kegunaan dari bahasa itu sendiri. Sedangkan pendekatan formal memiliki tradisi yang panjang. diwujudkan dalam volume yang tidak terhitung dari tata bahasa, dan juga pendekatan fungsional ini kurang di dokumentasikan dengan baik.
Upaya untuk menyediakan label secara umum untuk fungsi utama dari bahasa tersebut telah mengakibatkan pengaburan bahasa, dan sering kali memiliki istilah yang membingungkan. Kita hanya akan mengadopsi dua istilah untuk menjelaskan fungsi utama dari bahasa dan menekankan bahwa divisi ini adalah kenyamanan analitik. Ini merupakan hal yang sepertinya tidak mungkin dilakukan pada setiap kesempatan, ucapan dari bahasa alami akan digunakan untuk memenuhi satu fungsi saja dari fungsi keseluruhan. Fungsi tersebut, dimana bahasa berfungsi sebagai ekspresi dari “konten” yang kita jelaskan sebagai funsgi transaksional, dan fungsi tersebut melibatkan hubungan sosial dan sikap pribadi kita yang akan kita gambarkan sebagai interaksional.
Menurut Brown dan Yule (1996:1) analisis wacana tidak dapat dipisahkan dari fungsi bahasa yang dibagi dua yaitu: fungsi transaksional: fungsi bahasa yang bertujuan mengunkapkan isi (ekspresi konten) dan fungsi instransaksonal: fungsinya yang melipatkan sosial dan indvidu.
1. Pandangan transaksional
Linguistik dan bahasa memiliki fungsi yang sama yakni untuk menyampaikan informasi. Esensi utama dari bahasa adalah untuk komunikasi secara mudah untuk menyampaikan feeling, moods, dan sikap.
Penyampaikan informasi faktual atau proporsional sebagai bagian dari transaksi bahasa yang disampaikan oleh penyampai pesan (author) yang beorientasi pada pesan. Seorang pembicara atau penulis menyampaikan ekspresi (tulisan) secara jelas. Akan tetapi hal ini akan berkonsekuensi pada ketidak nyamanan (even catastorhic) jika suatu pesan tidak dapat dipahami dengan baik oleh oleh penerima (Brown dan Yule, 1996: 2). Fungsi bahasa secara transaksional memiliki fungsi dan fiturnya yang terkandung dalam pesan.
2. Pandangan interaksional
Sebagian besar interaksi manusia menggunakan bahasa. Para ahli linguistik, psikolinguisitk, dan filsafat bahasa cenderung meperhatikan penggunaan bahasa dalam menyampaian informasi faktual dan porporsional, sedangkan sosiolinguistik cenderung memperhatikan penggunaan bahasa dalam menjaga hubungan sosial. Hal ini dapat dilihat pada pengunaan dalam negoisasi, solidaritas, perdagangan, menjaga hubungan. Dapat dicontohkan dalam sebuah pecapan seseorang tidak mengatakan secara langsung tentang apa yang diminta “ruangnya panas ya” untuk menyatkan ingin AC dihidupkan. Selain itu, jika suatu ujaran (tulisan) hanya untuk menyampaikan informasi maka berfungsi transaksional dan sedangkan jika suatu ujaran (tulisan) hanya untuk basa basi dan interaski maka disebut interaksional.
Dalam kenyataanya kedua fungsi transaksonal dan interaksional dapat bersamaan. Misal orang tua yang memberikan nasihat kepada anaknya “besuk hujan – hujanan lagi ya” dapat berarti suatu nasihat dan hubungan sosial dengan hubungan antara orang tua dan anak.
Dalam bahasa transaksional, tidak ada dalam pemikiran penyampai pesan hanyalah transfer informasi secara efisien dengan bahasa yang digunanakan berorientasi pada pesan (message – oriented). Poin terpeting adalah orang yang menerima pesan dapat memperoleh informasi dengan benar, jelas. Misal digunakan oleh dokter ketika memberikan instruksi pada pasien, pada paduan tutorial, dan informasi yang disebarkan oleh pemerintah. Karena jika tidak disampaikan dengan tidak sempurna tidak memberikan keuntungan kepada penyampai pesan.
Sementara para ahli sosilinguistik menilai bahasa yang digunakan untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial. Suatu ungkanpan bisa tiba –tiba disampaikan seseorang ketika di kereta api “wah dingin ya” ungkapan ini hanya bersifat untuk bentuk kesopanan dan membentuk hubungan sosial. Selain itu ungkapan tesebut merupakan percapakan sehari – hari merupakan suatu opini dari seseorang kepada orang lain (pendegar).
B. Bahasa lisan dan tulisan
Lisan dan selanjutnya tulisan, dengan maksud untuk aplikasi potensial dalam pengajaran bahasa. Seperti yang sudah dinyatakan bahwa apa yang di khawatirkan adalah gambaran dari wacana alami, dalam mendalami hal ini sebagai tolak ukur untuk menilai pendekatan pengajaran bahasa dan mengevaluasi apa yang terjadi di ruang kelas dan sebagai output dari peserta didik.
1. Cara produksi bahasa
Baik bahasa lisan maupun tulis memiliki perbedaan kriteria dalam memproduksi bahasa. Seorang pembicara menampilkan efek kualitas suara seperti ekspresi wajah, posisi badan, dan sistem bahasa tubuh. Hal ini akan berpengaruh pada kata dari pembicara. Aspek paralingustik bisa dirasakan pada bahsa lisan. Seorang pembicara mengontrol dalam memproduksi suatu sistem komunikasi yang menyesuaikan dengan kondisi situasi. Penyesuaian suatu ujuaran juga diperhatikan apakah suatu kata perlu disampaikan sesuai dengan intensitasnya. Selain itu, pembicara juga memperhatikan pendengarnya. Selain itu, setiap kata yang telah dicupakan akan direkam dan mempertimbangkan kata yang akan katakan selanjutnya.
Seorang penulis akan melihat secara keseluruhan apa yang telah ditulis, dan tidak merasa takut jika ada interupsi terhadap tulisanya. Penulis lebih punya banyak waktu untuk memilih kata bahkan dapat melihat ke kamus. Dapat menyimpan apa yang telah ditulis bahkan menggantinya tulisan sesuai pemikiranya. Seorang pembicara dibawah tekanan harus berbicara dalam periode tertentu, sedangkan penulis tidak merasakan tekanan.
2. Wujud Wacana: Teks
Suatu wacana diwujudkan dalam bentuk atau istlah teks, baik teks dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.
a. Teks lisan
Tarigan (1987:55) berpendapat bahwa bahasa lisan disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Bahasa lisan atau oral sering dikaitkan dengan interaktif bahasa atau bahasa yang interaktif. Menurut Brown dan Yule (1996:9) adalah wacana interaktif.
Varietas adalah bahasa yang diucapkan yang dihasilkan oleh alat materinya (organ lisan) dengan fonem sebagai elemen dasar. Dalam bahasa lisan, kita berhadapan dengan tata bahasa, kosa kata, dan pengucapan. Dalam keragaman ini dari bahasa yang digunakan, pembicara dapat mengambil keuntungan dari tinggi atau rendah tekanan suara, wajah, tangan gerakan atau gerakan untuk mengekspresikan ide.
Bahasa lisan adalah subjek yang luas, dan sedikit yang diketahui secara statistik dalam distribusi dari berbagai jenis penyampaian dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
b. Teks tulis
Varietas dari bahasa tertulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan penulisan surat sebagai elemen dasar. Dalam berbagai tulisan, kita berhadapan dengan prosedur menulis (ejaan) aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain, dalam berbagai bahasa tertulis, diperlukan sebuah elemen tata bahasa yang lengkap seperti membentuk kata-kata atau struktur kalimat, pilihan kata yang tepat, ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengekspresikan ide-ide.
Huruf adalah contoh yang baik dari jenis wacana dimana penerima adalah biasanya individu tertentu atau kelompok, tidak seperti kelas atau esai pekerjaan rumah, yang sering ditulis untuk penonton tidak diketahui, tetapi dengan hamparan mengetahui bahwa guru sebagai lexarniner akan menjadi pembaca pseudo. Aktivitas menulis surat itu dapat meningkatkan semua pertanyaan penting tentang hubungan antara struktur wacana dan faktor-faktor kontekstual, seperti yang kita lihat. Ada juga timbulnya masalah Antarbudaya mengenai surat, terutama dalam Surat Bisnis. Jenkins dan Hinds (1987) menemukan perbedaan yang signifikan dalam orientasi Surat Bisnis antara Amerika, Prancis dan Jepang; huruf-huruf Amerika dalam data yang umumnya lebih informal dan berorientasi pada pembaca, dengan penulis sangat memproyeksikan kebutuhan pembaca dan tujuan yang diasumsikan. Data Perancis yang berorientasi pada penulis, dengan maksud penulis berdasarkan melindungi posisi hidher dan terkesan lebih formal. Teks-teks Jepang yang berorientasi terhadap hubungan antara penulis dengan pembaca. Jadi menulis secara fundamental tidaklah berbeda dari pidato. Sementara, benar bahwa penulis biasanya memiliki waktu untuk menulis dan berpikir, dan tidak akan terganggu oleh pembaca. Semua faktor penting lain ini akan membatasi apa yang dikatakan dan bagaimana hal tersebut dikatakan seperti menulis sebanyak pidato.
Kalimat ini lebih jelas sebagai unit tata bahasa secara tertulis, walaupun tentu saja tidak dalam semua jenis tulisan: tanda-tanda dan pemberitahuan, iklan kecil, catatan, bentuk, Tiket, cek, Semua berisi contoh-contoh ‘bukan-kalimat’ (daftar kata-kata tunggal, kata yang kurang klausul, dll).
Media atau bahan dalam bahasa manusia yang menggunakan media komunikasi terganggu oleh gerakan udara udara dan tanda artikulasi yang dibuat pada permukaan datar dengan pahat, kuas, pena, pensil dan seterusnya. Diluar dari linguistik ini ada komunikasi dua arah, yaitu verbal dan tertulis.
Bahasa yang dikenal di Eropa, tetapi tidak semua dialek, dan dianggap sebagai daerah utama di dunia yang telah dikenal peradaban dalam menulis dan bahasa lisan. Dengan kata lain, sistem bahasa lisan dan tulisan dapat diidentifikasi dan diakui sebagai “bahasa umum”. Banyak bahasa yang diucapkan hanya tahu sistem dan penyebaran keaksaraan tidak selalu mengarah ke semua bahasa yang telah menulis atau menciptakan sistemnya. Bahasa lisan yang digunakan oleh komunitas yang relatif kecil, yang hidup dalam kelompok politik atau budaya kelompok besar, sering dihindari. Hal ini karena pembicara diajarkan untuk membaca dan menulis dalam penggunaan bahasa yang lebih luas di daerah sebagai bahasa “kedua” atau dalam bahasa belajar di sekolah dan tidak diajarkan kepada mereka sejak masa kanak-kanak (seperti halnya dengan banyak penutur bahasa non standar dialek).
3. Hubungan antara bahasa lisan dan tulis
Dalam penggunaan baik lisan dan bahasa tertulis adalah hal yang tidak sama, hal ini karena penggunaan bahasa lisan dan tertulis memiliki aturan yang sendiri-sendiri dalam penggunaan kata-kata, kosa kata dan struktur kalimat. Perhatikan penggunaan bahasa lisan dan tertulis di bawah ini:
a. Bahasa lisan
Penggunaan tenses
1) Vehicle that he was travelling hit a mahogany tee
2) If cannot, no need to continue the work
3) Photocopy of diploma must be legalized by academic leaders
1) Vehicle that he was travelling hit a mahogany tee
2) If cannot, no need to continue the work
3) Photocopy of diploma must be legalized by academic leaders
Penggunaan Kosakata
1) I already know they love about it
2) They make a plan to exhibit again ever.
1) I already know they love about it
2) They make a plan to exhibit again ever.
Penggunaan struktur kalimat
1) I have to convey this plan to the Director
2) In “Sharpening Empowered” was atendded by the Governor of the special region of Aceh
3) Beause too many different suggestionns, so he more confused to finish the job.
1) I have to convey this plan to the Director
2) In “Sharpening Empowered” was atendded by the Governor of the special region of Aceh
3) Beause too many different suggestionns, so he more confused to finish the job.
b. Bahasa tertulis
Penggunaan tenses
1) Vehicle that he was travelling hit a mahagony tree
2) If cannot, you do not need to continue the work
3) Copy of certificate must be legalized first by academic leaders
1) Vehicle that he was travelling hit a mahagony tree
2) If cannot, you do not need to continue the work
3) Copy of certificate must be legalized first by academic leaders
Penggunaan Kosakata
1) I already know their members about it
2) They were making plans for the next exhibition
1) I already know their members about it
2) They were making plans for the next exhibition
Penggunaan struktur kalimat
1) I have to say this plan to the Director
2) “Skilled Sharpening” was attended also by the Governor of the special region of Aceh.
3) Because too many different suggestions, it gets confused to finis the job.
1) I have to say this plan to the Director
2) “Skilled Sharpening” was attended also by the Governor of the special region of Aceh.
3) Because too many different suggestions, it gets confused to finis the job.
3. Perbedaan antara bahasa tulis dan lisan
Bahasa lisan dicirikan dengan kalimat yang bersturktur komplek dengan leksikal yang sedikit (lebih banyak klausa, tetapi sedikit unsur content word pada klasuanya). Bahasa tulis memiliki strutur sederhana tetapi memiliki leksikal yang tinggi (mengandung banyak content word setip kalausa, dengan sedikit clausa). Walau demikian terdapat bahasa lisan yang dekat dengan bahasa tulis yakni pada pidato. Perbedaan dari keduanya yakni:
- Bahasa tulis biasanya permanen dan teks tertulis dan biasanya tidak dapat dirubah setelah dicetak atau ditulis
- Bahasa lisan biasanya bersifat sementara, kecuali teracatat, pembiacara dapat memperbaiki atau merubah ucapanya pada saat itu juga
- Bahasa tulis dapat digunakan untuk berkomunikasi melintasi ruang dan waktu selama bahasa dan sistem penulisanya masih bisa dipahami Lisan digunakan untuk intekasi langsung
- Bahasa tulis cenderung lebih kompleks dan rumit dari bahasa lisan dengan kalimat yang lebih panjang dan banyak memakai klausa, memperhatikan tanda baca.
- Beberapa bentuk bahas tulis seperti sms, chat, dan email mendekati dengan bahasa lisan Bahasa lisan banyak pengulangan, kalimat tidak lengkap, koreksi, interupsi, kecuali pada pidato formal, laporan, drama, dan film
- Bahasa tulis tidak menerima umpan balik secara langsung dari pembaca kecuali komunikasi berbasis komputer dan internet seperti blog dan sosial media. Oleh sebab itu tidak mengandalkan konteks untuk penjelasan tetapi lebih menekankan pada penjelasan secara jelas, tegas kecuali antar dua orang yang sudah kenal seperti pada Facebook
- Bersifat interaksi dan dinamis antara dua orang atau lebih, konteks bersama berperan penting sehingga memungkinkan banyak kata yang tersirat
- Menggunakan tanda baca, judul, warna, dan efek grasi dalam teks tertulis, yang tidak tesedia pada pada bahasa lisan
- Menggunakan waktu, nada, volume, dan penekanan untuk menambahkan konteks emosional
- Dibaca berulang – ulang dan dapat dianalisis serta dapat dibuat catatan pada tulisan.
- Tidak dapat didengar berulang – ulang kecuali dalam bentuk rekaman yang selanjutnya dapat dianalisis
- Terdapat beberapa konstruksi gramatikal yang digunakan dalam penulisan, termasuk pilihan kosa kata dan diski pada istilah tertentu misal hukum, kimia, kedokteran
- Lebih sedikit pilihan kosa kata dan diksi yang digunanakan dalam berbicara
C. Kalimat dan Ujaran
Bahasa lisan merujuk pada fitur – fitur pada ujaran, sedangkan bahasa tulis merujuk kriteria pada kalimat. Jadi ujaran adalah bahasa lisan dan kalimat adalah bahasa tulis. Proses mental selalu dilibatkan dalam produksi penggunaan bahasa dalam suatu kalimat baik diskripsi secara fisik maupun konteks sosial.
Kalimat dan ujaran merupakan produk paling umum bahasa. Kalimat juga merupakan konsturksi sintaksis utama yang digunakan dalam unit komunikasi, memiliki prediksi utama, memiliki intonasi, dan skema strutural. Dalam suatu tindak komunikasi terjadi suatu proses untuk memproduksi dan memamahi suatu ujaran, dalam penggunaan bahasa terjadi proses perubahan mengubah pikiran menjadi code dan kode menjadi pikiran. Dalam memahami ujaran maka perlu ada hubungan antara pengetahuan dan dunia sebagai bagian dari anggota masyarkat selanjutnya menjadi tindakan setelah memahami ucapan berdasarkan wacana yang disampaikan atau dicupakan.
Brown dan Yule (1996: 18) menyatakan dalam kajian wacana yaitu mengekstrak suatu teks pada suatu percakapan bukan hanya sturtur gramatikal kalimat. Suatu ujaran mengilustrasikan fitur linguistik tertentu yang memiliki arti, bersosialisasi, dan berterima. Selain itu wacana mengkaji proses penggunan bahasa (discourse as process) bukan hanya melihat produknya saja. Suatu wancana selalu melibatkan lingkungan, situasi atau konteks dalam penggunaan bahasa. Terkait dengan bahasa yang mengandung konteks dalam linguistik dikenal dengan ilmu pragmatik.
Baca: Interdisipliner Kajian Wacana terkait Ilmu lain
Referensi
- Brown, Gillian and George Yule. 1996. Analisis Wacana. Cambridge: Cambridge University Press.
- Tarigan, Henry Guntur. 1987. Teknik Pengajaran Ketrampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.