Puisi merupakan salah satu karya sastra yang syarat akan pesan moral yang terbungkus dalam tema tertentu.
Puisi bersifat subjektif, setiap penikmat puisi bisa saja memiliki interpretasi (kebebasan interpretasi) yang berbeda dengan penyairnya.
Terlebih puisi seringkali ditampilkan dalam bahasa yang figuratif dan konotatif. Jika seorang penyair menginginkan adanya persamaan tafsir antara dirinya dengan pendengar maka seyogyanya pemilihan tema dan kata dirangkai lebih jelas.
Apabila terjadi tabrakan antara dua tema tentu akan berdampak multi tafsir yang berlebih. Misalkan saja terjadinya tabrakan antara tema ketuhanan dan tema kebangsaan.
Hal ini tentu dapat memicu lepasnya batas-batas puisi seperti suku, agama, dan ras (SARA).
Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan oleh seorang penyair. Gagasan ini merupakan landasan pemikiran penyair dalam menginterpretasikan kehidupan.
Tema (sense) merupakan salah satu unsur batin puisi. Unsur batin puisi lainya antara lain: perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), amanat (intention).
Waluyo (1987:107 – 118) membagi tema puisi menjadi 4 tema yaitu:
1. Tema ketuhanan
Tema ketuhanan merupakan puisi yang menunjukan adanya pengalaman religi penyair yang dapat dicirikan dari diksi yang syarat akan ketuhanan dan beribadatan.
2. Tema kebangsaan atau patriotisme
Puisi yang menggambarkan cinta tanah air, perjuangan, kepahlawanan, dan kemerdekaan.
Puisi ini dapat ditampilkan untuk memupuk jiwa kebangsaan, rasa memiliki, dan menghargai jasa para pahlawan.
3. Tema kemanusiaan
Tema ini menyampaikan tentang harkat dan martabat manusia. Manusia sebagai mahluk yang sempurna memiliki harkat dan martabat yang tinggi yang harus disuarakan ke khalayak.
4. Tema Keadilan sosial
Tema ini biasanya menyuarakan kesengsaraan, penderitaan, kesenjangan, dan kemiskinan rakyat. Misalkan saja puisi yang disuarakan oleh korban perang atau rakyat sipil.
5. Tema Kedaulatan Rakyat
Puisi dengan tema lebih lebih cenderung memberikan kritik dalam menentang kekuasaan atau penjajahan yang sewanang-wenang.
Ketika perlawanan secara secara birokrarif dan fisik sudah tidak lagi mampu menjawab suatu kesewenangan, puisi menjadi salah satu jalan untuk menyuaraan keresahan rakyat.
Melalui satu tema tertentu, penyair ingin meyakinkan pembaca atau pendengar tentang keresahan hatinya.
Selanjutnya tema yang sudah dipikirkan akan mencakup keseluruhan struktur puisi termasuk dalam ungkapan-ungkapanya.
Oleh sebab itu, apa yang dipikirkan oleh penyair tak perlu ditanyakan kepada penyair.
Sumber: Waluyo, H. J. (1987). Teori dan apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.
Good 🙂
Good 🙂
yes
mantap