3 Fenomena Linguistik Terpopuler 2016, Masih Ingatkan?

Posted on

Bahasa sebagai sarana komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia. Fenomena linguistik muncul sebagai penerapan unit linguistik baik secara lisan maupun tulis.

Sejumlah fenomena kebahasaan sepanjang tahun 2016 di tanah air muncul baik yang bersifat ekspresif, informatif, maupun operatif.

Tidak hanya masyarakat tutur yang andil dalam beberapa fenomena kebahasaan, tetapi juga ahli linguistik. Berikut 3 fenomena linguistik paling populer sepanjang tahun 2016.

1. Jesica Sianida

Persidangan yang berlangsung alot atas kematian Mirna harus mendatangkan saksi ahli. Ahli linguistik Tzvetan Trodov dapat menjadi rujukan dalam kasus ini.

Seperti dikutip dalam kompasiana analisis naratif  yakni analisis kritik sastra untuk melakukan pendekatan terhadap teks.

Ahli Naratologi ini menyimpulkan, selayaknya sebuah cerita novel maka dalam kasus Kopi Sianida adalah sebuah cerita yang berakhir dengan kisah sedih.

Penyatuan potongan cerita dengan tokoh, latar, alur, plot, dan karakter yang dirangkai secara naratif akan ditemukan siapa pembunuh Mirna dan Motif Pelakunya.

2. Ahok Al-Maidah 51

Upaya untuk membuktian penistaan agama terhadap pernaytaan Ahok terkait Al-Madiah ayat 51 harus melibatkan ahli linguistik forensik. Pernyataan ahok yang menyatakan “dibohongi pakai surat Al-Maidah 51”. Ternyata memicu konflik dan diasumsikan sebagai penistaan agama.

Andhika Dutha Bachari, Doktor Forensik Univeristas Pendidikan Indonesia (UPI) menyatakan bahwa ucapan Gubernur non aktif itu adalah penistaan.

Pasalnya secara linguistik forensik beberapa point yang dipaparkan yakni kata ‘dibohongi’ dan ‘dibodohi’ bermakna negatif, ahok melanggar maksim kualitas yakni kebenaran isi informasi yang disampaikan.

Ahli  Tata Bahasa, Brilli Agung juga menjelaskan, pernyataan Ahok adalah kalimat pasif yakni: Anda : Objek, Dibohongin : Predikat, Orang : Subjek, Pakai surat Al Maidah 51 : Keterangan Alat.

Struktur kalimat tersebut menyasar Subjek: orang, yakni orang yang menggunakan surat Al-Maidah ayat 51. Alhasil sekarang proses hukum sudah berlangsung pada calon guberner Jakarta nomer urut 2 ini.

3. Om Telolet Om

Dipenghujung tahun, dunia maya dihebohkan dengan kehadiran tagline baru “om telotet om”.

Fenomena yang mendunia ini juga merupakan bagian dari fenoma linguistik. Jika dilihat lebih dalam klausa “om telotet om” merupakan jenis kalimat perintah dari segi isi atau maknanya.

Kata perintah ini diujarkan oleh para pemburu telotet kepada supir bus untuk membunyikan tlakson mobilnya.

Dilihat dari wacana dan kebudayaan, “om tolelet om” baik secara lisan maupun tulis merupakan menerapkan wacana sebagai alat mediasi yakni tanpa harus menjabarkan secara rinci supir bus sudah mampu memahami maksud para pemburu tersebut.

Karena aksi ini sudah sangat membudaya baik di kalangan supir bus maupun peminta telolet dari anak hingga dewasa.

Beberapa fenomena linguistik diatas semata-mata hanya melihat keterkaitan penggunaan bahasa dari sisi linguistik yang marak di media tahun 2016 tanpa ada penekanan apapun dari dan ke pihak mana pun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *